Sabtu, 16 Februari 2013

PATOFISIOLOGI DARAH



PATOFISIOLOGI DARAH

DARAH
  • Darah merupakan CES, sebagai medium pertukaran zat antar sel didalam tubuh dan lingkungan interna
  • Darah terdiri komponen sel dan cairan
  • Cairan darah disebut plasma terdiri 91% air dan 9% zat padat
  • Fungsi plasma sebagai medium transport

KOMPONEN PLASMA DARAH
  • Protein: albumin, globulin,
  • Faktor pembekuan: fibrinogen, trombin
  • Enzim, hormon
  • Unsur organik: lemak netral, fosfolipid, kolesterol, glukosa
  • Unsur anorganik: mineral

KOMPONEN SEL DARAH
  1. Eritrosit: transport O2 dan CO2
  2. Leukosit: imunitas (fagositosis)
  3. Trombosit: hemostasis (pembekuan)

HEMATOPOIESIS
  • Hematopoiesis: proses pembentukan dan pematangan sel darah
  • Induk sel darah: sel pluripoten
  • Proeritroblas → calon eritosit
  • Megakarioblast → calon trombosit
  • Monoblas → calon monosit
  • Meiloblas → calon lekosit bergranula (neutrofil, basofil, eosinofil)
  • Limfoblas → calon leukosit B dan T
  • Sel pluripoten → proeritroblas → normoblas basofilik → normoblas polikromatofilik → normoblas ortokromatik → retikulosit →eritrosit
  • Sel pluripoten → megakarioblas → promegakariosit →megakariosit → trombosit
  • Sel pluripoten → promonosit → monosit
  • Sel pluripoten → meioblas → promeilosit → pecah jadi 3 macam sel
  • Promeilosit → meilosit eosinofilik → eosinofil
  • Promeilosit → meilosit neutrofilik → metameilosit neutrofilik →neutrofil batang → neutrofil segmen
  • Promeilosit → meilosit basofilik → basofil
  • Sel pluripoten → limfoblas → prolimfosit → pecah jadi 2 macam sel
  • Prolimfosit → bursa ekuivalen → limfosit B → sel plasma
  • Prolimfosit → timus → limfosit T

PEMERIKSAAN DARAH
Hitung sel darah
  • Eritrosit: 3,6 –5,4 juta /mm3. (polisitemia → diatas normal, anemia → dibawah normal)
  • Leukosit: 5.000 – 10.000 /mm3, (lekositosis → diatas normal, lekositopenia →dibawah normal)
  • Trombosit: 150.000 – 350.000 /mm3 (trombositosis → diatas normal, trombositopenia →dibawah normal)

MORFOLOGI SEL DARAH
  • Anisositosis → menyatakan variasi ukuran sel yang abnormal
  • Poikilositosis → variasi bentuk sel yang abnormal
  • Polikromasia → eritrosit yang memiliki distribusi warna yang berbeda
  • Normokromia → warna normal, mencerminkan kadar Hb yang normal dalam eritrosit
  • Hipokromia → warna pucat, anemia

HEMOGLOBIN
  • Zat warna darah (dalam eritrosit)
  • Jumlah normal laki-laki : 13,5 – 17,5 g/dl, sedang pada wanita : 12 – 16 g/dl
  • Jumlah kurang dari normal: anemia
Macam hemoglobin:
  1. HbA: hemoglobin dewasa normal
  2. HbF: hemoglobin fetal
  3. HbS: hemoglobin sel sabit
  4. Hb: hemoglobin Memphis

PEMERIKSAAN DARAH
  • Hematokrit / volume packed sel: volume darah lengkap yang terdiri dari eritrosit
  • Normositik: ukuran sel normal
  • Mikrositik: ukuran sel kecil
  • Makrositik: ukuran sel besar
  • Hitung retikulosit: mencerminkan aktifitas sumsum tulang
  • Retikulosit: eritrosit imatur
  • Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang: untuk memperkirakan dosis kemoterapi dan terapi radiasi pada penderita keganasan hematologik
  • Analisis sitogenetik perlu untuk diagnosis, pengobatan, respon pengobatan dan potensi remisi (penyembuhan)

ERITROSIT
  • Bentuk lempeng bikonkaf, tidak berinti, dilapisi membran tipis.
  • Jumlah normal eritrosit : 3,6 –5,4 juta /mikro liter.
  • Produksi eritrosit dirangsang oleh hormon glikoprotein, eritropoitin (dibuat ginjal)
  • Umur eritrosit kira-kira 120 hari

GANGGUAN ERITROSIT
  • Anemia: jumlah kurang dari normal
  • Polisitemia: jumlah eritrosit yang terlalu banyak
  • Anemia bukan diagnosa, tetapi cerminan perubahan patofisiologik
  • Gejala anemia: pucat, tachikardi, bising jantung, angina, iskemia miokard, dispnea, kelelahan

MACAM ANEMIA (KLASIFIKASI MORFOLOGIK)
  • Anemia normokromik
normositik → warna normal (Hb), bentuk normal
  Causa: kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronis (infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum tulang, metastase pd sumsum tulang)
  Anemia normokromik makrositik → warna normal (Hb), bentuk besar
  Penyebab : defisiensi vit B12, asam folat, kemoterapi kanker
  Anemia hipokromik mikrositik: warna kurang (Hb), bentuk kecil
  Causa: defisiensi besi, sideroblastik (siderosit: eritosit muda pada sumsum tulang), kehilangan darah banyak, thalasemia (gangguan sintesa globin)
  • Peningkatan hilangnya eritrosit
  1. Perdarahan → trauma, ulkus, polip, keganasan, hemoroid, menstruasi
  2. Penghancuran eritrosit (hemolisis) → anemia sel sabit, thalasemia (gangguan sintesis globin), sferositosis (gangguan membran eritrosit), defisiensi enzim (G6PD, piruvatkinase), transfusi, malaria, hipersplenisme, luka bakar, katup jantung buatan
  • Gangguan produksi eritrosit (diseritropoiesis)
  1. Keganasan: metatastik, leukemia, limfoma, meiloma multiple, reaksi obat, zat kimia toksik, radiasi
  2. Penyakit kronis: ginjal, hati, infeksi, defisiensi endokrin, defisiensi vit B12, asam folat, vit C, besi

ANEMIA APLASTIK
  • Anemia aplastik → gangguan pada sel induk di sumsum tulang, produksi sel-nya tidak mencukupi
  • Mengancam jiwa
  • Causa: kongenital, idiopatik, virus
  • Pansitopenia
  • Eritrosit normokromik normositik

Gejala:
  • Anemia: lelah, lemah, nafas pendek
  • Trombositopenia: ekimosis dan petekie (perdarahan dibawah kulit), epistaksis (mimisan), perdarahan saluran cerna, kemih dan kelamin, sistem saraf
  • Lekopenia: kerentanan dan keparahan infeksi (bakteri, virus dan jamur)
Pengobatan:
  • Transplantasi sumsum tulang

ANEMIA DEFISIENSI BESI
  • Morfologis: mikrositik hipokromik
  • Causa: menstruasi, hamil, asupan besi kurang, vegetarian, gangguan absorbsi (gastrektomi), perdarahan (polip, neoplasma, gastritis, varises esofagus, hemoroid)
  • Gejala: anemi, rambut halus dan rapuh, kuku tipis, rata, mudah patah dan berbentuk seperti sendok (koilonikia), atropi papila lidah, stomatitis
  • Pengobatan: asupan besi, menghilangkan causa

ANEMIA MEGALOBLASTIK
  • Morfologis: makrositik normokromik
  • Causa: defisiensi vitamin B12, asam folat, malnutrisi, malabsorbsi, infeksi parasit (cacing), penyakit usus, keganasan
  • Sumber asam folat: daging, hati, sayuran hijau
  • Gejala: anemia, glositis (lidah meradang dan nyeri), diare, anoreksia
  • Pengobatan: asupan asam folat

ANEMIA SEL SABIT
  • Causa: hemoglobinopati (kelainan struktur) → penyakit genetik autosom resesif
  • Anemia hemolitik kongenital
  • Gejala: anemia, infark (penyumbatan),daktilitis (radang tangan, kaki), takikardi, bising, kardiomegali, dekom kordis, stroke, icterus, kolelitiasis
  • Pengobatan: pencegahan dan simtomatis

POLISITEMIA
  • Polisitemia → kelebihan eritrosit
  • Polisitemia primer atau vera adalah gangguan meiloproliferatif → yaitu sel induk pluripoten abnormal
  • Polisitemia skunder terjadi jika volume plasma di dalam sirkulasi berkurang (mengalami hemokonsentrasi) tetapi volume total eritrosit didalam sirkulasi normal
·         Hitung Darah Lengkap (HDL)
·         Tes laboratorium yang paling umum adalah hitung darah lengkap (HDL) atau complete blood count (CBC). Tes ini, yang juga sering disebut sebagai ‘hematologi’, memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet). Hasil tes menyebutkan jumlah masing-masing dalam darah (misalnya jumlah sel per milimeter kubik) atau persentasenya. Tes laboratorium lain dibahas pada Lembaran Informasi (LI) 122 dan 123.
·         Semua sel darah dibuat di sumsum tulang. Beberapa obat atau penyakit dapat merusak sumsum tulang sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah dan putih.
·         Setiap laboratorium mempunyai ‘nilai rujukan’ untuk semua hasil tes. Biasanya, tes laboratorium akan menunjukkan hasil tes yang berada di luar nilai normal. Untuk informasi lebih lanjut mengenai hasil tes laboratorium, lihat LI 120.
·         Angka dalam laporan sering sulit ditafsirkan. Beberapa angka dilaporkan dengan satuan ‘x10.e3’ atau ‘x103’. Ini berarti jumlah yang dicatat harus dikalikan 1.000. Contohnya, bila hasil adalah 8,77 dengan satuan ‘x10.e3’, jumlah sebenarnya adalah 8.770.
·         Tes Sel Darah Merah
·         Sel darah merah, yang juga disebut sebagai eritrosit, bertugas mengangkut oksigen dari paru ke semua sel di seluruh tubuh. Fungsi ini dapat diukur melalui tiga macam tes. Hitung Sel Darah Merah (red blood cell count/RBC) yang menghitung jumlah total sel darah merah. Hemoglobin (Hb) yaitu protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru ke bagian tubuh lain. Hematokrit (Ht atau HCT) mengukur persentase sel darah merah dalam seluruh volume darah.
·         Orang yang tinggal di dataran tinggi umumnya mempunyai lebih banyak sel darah merah. Ini merupakan upaya tubuh mengatasi kekurangan oksigen.
·         Eritrosit, Hb dan Ht yang sangat rendah menunjukkan adanya anemia, yaitu sel tidak mendapat cukup oksigen untuk berfungsi secara normal. Jika kita anemia, kita sering merasa lelah dan terlihat pucat. Lihat LI 551 mengenai kelelahan dan LI 552 mengenai anemia.
·         Volume Eritrosit Rata-Rata (VER) atau mean corpuscular volume (MCV) mengukur besar rata-rata sel darah merah. VER yang rendah berarti ukuran sel darah merahnya lebih kecil dari ukuran normal. Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan zat besi atau penyakit kronis. VER yang tinggi dapat disebabkan oleh obat antiretroviral (ARV), terutama AZT dan d4T. Keadaan ini tidak berbahaya. Namun VER yang tinggi dapat menunjukkan adanya anemia megaloblastik, dengan sel darah merahnya besar dan berwarna muda. Biasanya hal ini disebabkan oleh kekurangan asam folat.
·         Sementara VER mengukur ukuran rata-rata sel darah merah, Red Blood Cell Distribution Width (RDW) mengukur kisaran ukuran sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan beberapa vitamin.
·         Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER) atau mean corpuscular hemoglobin (MCH) dan Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (KHER) atau mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC atau CHCM) masing-masing mengukur jumlah dan kepekatan hemoglobin. HER dihitung dengan membagi hemoglobin total dengan jumlah sel darah merah total.
·         Trombosit atau platelet berfungsi membantu menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan dan keropeng. Jika trombosit kita kurang, kita mudah mengalami perdarahan atau memar. Orang terinfeksi HIV kadang trombositnya rendah (disebut trombositopenia). ARV dapat mengatasi keadaan ini. Jumlah trombosit hampir tidak pernah menjadi begitu tinggi sehingga memengaruhi kesehatan.
·         Tes Sel Darah Putih
·         Sel darah putih (disebut juga leukosit) membantu melawan infeksi dalam tubuh kita.
·         Hitung Sel Darah Putih (white blood cell count/WBC) adalah jumlah total leukosit. Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya berarti tubuh kita sedang melawan infeksi. Leukosit rendah artinya ada masalah dengan sumsum tulang. Leukosit rendah, yang disebut leukopenia atau sitopenia, berarti tubuh kita kurang mampu melawan infeksi.
·         Hitung Jenis (differential) menghitung lima jenis sel darah putih: neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil dan basofil. Hasil masing-masing dilaporkan sebagai persentase jumlah leukosit. Persentase ini dikalikan leukosit untuk mendapatkan hitung ‘mutlak’. Contohnya, dengan limfosit 30% dan leukosit 10.000, limfosit mutlak adalah 30% dari 10.000 atau 3.000.
·         Neutrofil berfungsi melawan infeksi bakteri. Biasa jumlahnya adalah 55-70% dari leukosit. Jika neutrofil kita rendah (disebut neutropenia), kita lebih mudah terkena infeksi bakteri. Penyakit HIV lanjut dapat menyebabkan neutropenia. Begitu juga, beberapa jenis obat yang dipakai oleh Odha (misalnya gansiklovir untuk mengatasi virus sitomegalo, lihat LI 501) dan AZT (semacam ARV; lihat LI 411).
·         Ada dua jenis utama limfosit: sel-T yang menyerang dan membunuh kuman, serta membantu mengatur sistem kekebalan tubuh; dan sel-B yang membuat antibodi, protein khusus yang menyerang kuman. Jumlah limfosit umumnya 20-40% dari leukosit. Salah satu jenis sel-T adalah sel CD4, yang tertular dan dibunuh oleh HIV (lihat LI 124). Hitung darah lengkap tidak termasuk tes CD4. Tes CD4 ini harus diminta sebagai tambahan. Hasil hitung darah lengkap tetap dibutuhkan untuk menghitung jumlah CD4, sehingga dua tes ini umumnya dilakukan sekaligus.
·         Monosit atau makrofag mencakup 2-8% dari leukosit. Sel ini melawan infeksi dengan ‘memakan’ kuman dan memberi tahu sistem kekebalan tubuh mengenai kuman apa yang ditemukan. Monosit beredar dalam darah. Monosit yang berada di berbagai jaringan tubuh disebut makrofag. Jumlah monosit yang tinggi umumnya menunjukkan adanya infeksi bakteri.
·         Eosinofil biasanya 1-3% dari leukosit. Sel ini terlibat dengan alergi dan tanggapan terhadap parasit. Kadang kala penyakit HIV dapat menyebabkan jumlah eosinofil yang tinggi. Jumlah yang tinggi, terutama jika kita diare, kentut, atau perut kembung, mungkin menandai keberadaan parasit.
·         Fungsi basofil tidak jelas dipahami, namun sel ini terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang, misalnya asma atau alergi kulit. Sel ini jumlahnya kurang dari 1% leukosit.
·         Persentase limfosit mengukur lima jenis sel darah putih: neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil dan basofil, dalam bentuk persentase leukosit. Untuk memperoleh limfosit total, nilai ini dikalikan dengan leukosit. Misalnya, bila limfosit 30,2% dan leukosit 8.770, limfosit totalnya adalah 0,302 x 8.770 = 2.648.
·         Laju Endap Darah (LED) atau Sed Rate mengukur kecepatan sel darah merah mengendap dalam tabung darah. LED yang tinggi menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak menunjukkan apakah itu radang jangka lama, misalnya artritis, atau disebabkan oleh tubuh yang terserang infeksi.

Price, Wilson,2005.Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC.Jakarta, edisi 6
Amanda Sullivan, Lucy Kean, & Alison Cryer,2009.Panduan Pemeriksaan Antenatal. EGC.Jakarta,cetakan 1
Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson,2004.Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan, Laboratorium, EGC.Jakarta, edisi 11
Robert Harr,2002.Resensi Ilmu Labaratorium Klinis,EGC.Jakarta,cetakan 1








Nilai Darah Lengkap

PRIA

Hematologi
Jenis Spesimen : darah
Darah Lengkap

Eritrosit : 4.5 – 5.9 (4.5 – 5.5) (juta/ul)
Haemoglobin (Hb) : 13.5 – 17.5 (13 – 16) (g/dl)
Hematokrit (Ht) : 41.0 – 53.0 (40 – 54) (%)
Trombo sit : 150.000 – 440.000 (150.000 – 400.000) (/ul)
Leukosit : 4.000 – 11.000 (5.000 – 10.000) (/ul)
Laju Endap Darah (LED) : 0 – 10 (mm/jam)

Diff count / Hitung Jenis Leukosit
Basofil : 0 – 1 (%)
Eosinofil : 1 – 3 (%)
Batang : 2 – 6 (%)
Segmen : 50 – 70 (%)
Limfosit : 20 – 40 (%)
Monosit : 2 – 8 (%)


Urinalisa
Jenis Spesimen : urine midstream / porsi tengah
Urine Lengkap

Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Glukosa : negatif
Bilirubin : negatif
Keton : negatif
Berat jenis : 1.005 – 1.030 (1.003 – 1.030)
Darah samar : negatif
pH : 4.5 – 8.0 (5 – 8)
Protein : negatif
Urobilinogen : 0.1 – 1.0 (EU/dl)
Nitrit : negatif
Esterase leukosit : negatif

Sedimen
Leukosit : 0 – 5 (0 – 3) (/LPB)
Eritrosit : 0 – 1 (/LPB)
Silinder : negatif (/LPK)
Epitel : +1
Kristal : negatif
Lain-lain : negatif


Kimia Darah
Glukosa N : 80 – 100 (mg/dl)
Glukosa PP : 100 - 120 (mg/dl)
Glukosa S : < 150 (mg/dl)

Kolesterol total : < 200 (mg/dl)
Trigliserida : < 150 (mg/dl)
HDL – Kolesterol : > 55 (mg/dl)
LDL – kolesterol : < 150 (mg/dl)

Ureum : 15 – 40 (mg/dl)
Kreatinin : 0.5 – 1.5 (mg/dl)
Asam urat : 3.4 – 7.0 (mg/dl)

Bilirubin total : 0.2 – 1 (mg %)
Bilirubin direk : 0 – 0.2 (mg %)
Bilirubin indirek : 0.2 – 0.8 (mg %)

SGOT : 5 – 40 (u/l)
SGPT : 5 – 41 (u/l)
Alkali Fosfatase : 45 – 190 (iu/l)
Gamma GT : 6 – 28 (mu/ml)

Protein total : 6.1 – 8.2 (gr %)
Albumin : 3.8 – 5.0 (gr %)
Globulin : 2.3 – 3.2 (gr %)


Imunologi dan Serologi
Widal
Salmonella typhy
Salmonella paratyphy A
Salmonella paratyphy B
Salmonella paratyphy C

VDRL : negatif
HbSAg
Anti Hbs
RF : < 8 (lu/dl)
CRP : < 0.8 (Mg/dl)
ASTO : < 200 (lu/dl)


Wanita

Hematologi
Jenis Spesimen : darah
Darah Lengkap

Eritrosit : 4 – 5 (juta/ul)
Haemoglobin (Hb) : 12 – 15 (g/dl)
Hematokrit (Ht) : 36 – 47 (%)
Trombo sit : 150.000 – 400.000(/ul)
Leukosit : 5.000 – 10.000(/ul)
Laju Endap Darah (LED) : < 15 (mm/jam)

Diff count / Hitung Jenis Leukosit
Basofil : 0 – 1 (%)
Eosinofil : 1 – 3 (%)
Batang : 2 – 6 (%)
Segmen : 50 – 70 (%)
Limfosit : 20 – 40 (%)
Monosit : 2 – 8 (%)


Urinalisa
Jenis Spesimen : urine midstream / porsi tengah
Urine Lengkap

Warna : kuning
Kejernihan : jernih
Glukosa : negatif
Bilirubin : negatif
Keton : negatif
Berat jenis : 1.003 – 1.030
Darah samar : negatif
pH : 5 – 8
Protein : negatif
Urobilinogen : 0.1 – 1.0 (EU/dl)
Nitrit : negatif
Esterase leukosit : negatif

Sedimen
Leukosit : 0 – 3 (/LPB)
Eritrosit : 0 – 1 (/LPB)
Silinder : negatif (/LPK)
Epitel : +1
Kristal : negatif
Lain-lain : negatif


Kimia Darah
Glukosa N : 80 – 100 (mg/dl)
Glukosa PP : 100 - 120 (mg/dl)
Glukosa S : < 150 (mg/dl)

Kolesterol total : < 200 (mg/dl)
Trigliserida : < 150 (mg/dl)
HDL – Kolesterol : > 65 (mg/dl)
LDL – kolesterol : < 150 (mg/dl)

Ureum : 15 – 40 (mg/dl)
Kreatinin : 0.5 – 1.5 (mg/dl)
Asam urat : 2.4 – 5.7 (mg/dl)

Bilirubin total : 0.2 – 1 (mg %)
Bilirubin direk : 0 – 0.2 (mg %)
Bilirubin indirek : 0.2 – 0.8 (mg %)

SGOT : 5 – 40 (u/l)
SGPT : 5 – 41 (u/l)
Alkali Fosfatase : 45 – 190 (iu/l)
Gamma GT : 4 – 18 (mu/ml)

Protein total : 6.1 – 8.2 (gr %)
Albumin : 3.8 – 5.0 (gr %)
Globulin : 2.3 – 3.2 (gr %)


Imunologi dan Serologi
Widal
Salmonella typhy
Salmonella paratyphy A
Salmonella paratyphy B
Salmonella paratyphy C

VDRL : negatif
HbSAg
Anti Hbs
RF : < 8 (lu/dl)
CRP : < 0.8 (Mg/dl)
ASTO : < 200 (lu/dl)

DIET PRA BEDAH



2.1          DEFINISI DIET PRA BEDAH
                Sebelum kita membahas lebih lanjut  Diet Tindakan Bedah lebih lanjut, terlebih dahulu harus kita ketahui definisi Diet Pra Bedah itu seperti apa.
                Diet Pra Bedah adalah Pengaturan makanan yang diberikan kepada pasien yang akan menjalani pembedahan.
2.2          MACAM-MACAM PEMBEDAHAN
                Setelah kita mengetahui definisi Diet Pra Bedah, kita lanjutkan dengan mengetahui macam-macam dari pembedahan. Adapun macam-macam  dari pembedahan itu adalah sebagai berikut :
1)      Bedah  minor  atau bedah kecil
Bedah minor atau bedah kecil ini digambarkan seperti tindakan insisi, ekstirpasi, dan sirkumsisi (khitan).
2)      Bedah mayor atau bedah besar
Bedah mayor atau bedah besar disini, yang membedakannya ialah pada bedah saluran cerna, antara lain lambung, usus halus dan usus besar. Dan pada bedah diluar saluran cerna,antara lain jantung, ginjal, paru, saluran kemih, tulang, dan sebagainya.
2.3          SIFAT – SIFAT OPERASI
                Adapun didalam pemberian Diet Tindakan Bedah ini,harus diperhatikan sifat – sifat dari operasi itu sendiri yaitu antara lain :
a.       Bersifat segera dalam keadaan darurat atau cito
Didalam keadaan darurat atau cito seperti ini,pasien tidak sempat diberi Diet Pra Bedah.
b.      Bersifat Berencana atau elektif
Didalam keadaan seperti ini,pasien disiapkan dengan pemberian Diet Pra Bedah.







2.4          MACAM – MACAM PENYAKIT YANG MEMBUTUHKAN PEMBEDAHAN
                Disini kita diharapkan mengetahui macam-macam penyakit yang membutuhkan pembedahan yaitu antara lain sebagai berikut :
a)      Penyakit yang paling utama membutuhkan pembedahan adalah penyakit saluran cerna, jantung, ginjal, saluran pernapasan dan tulang.
b)      Penyakit penyerta yang dialami, misalnya penyakit diabetes melitus, jantung, dan hipertensi.
2.5          PEMBERIAN DIET PRA BEDAH
                Yang harus diperhatikan didalam pemberian Diet Pra Bedah ialah tergantung  pada :
v  Keadaan umum pasien
Disini kita harus memperhatikan apakah keadaan umum dari pasien tersebut normal atau tidak dalam hal status gizi, gula darah, tekanan darah, ritme jantung, denyut nadi, fungsi ginjal, dan suhu tubuh pasien.
v  Macam Pembedahan
Disini kita harus mengetahui apakah pasien terssebut akan melakukan bedah minor atau bedah mayor.
v  Sifat operasi
Disini kita harus mengetahui apakah sifat operasi pasien tersebut bersifat segera/dalam keadaan darurat atau bersifat berencana /elektif.
v  Macam penyakit
Disini kita harus mengetahui apakah macam dari penyakit pasien tersebut,penyakit utama/penyakit penyerta.
2.6          TUJUAN DIET PRA BEDAH
                Adapun tujuan dari Diet Pra Bedah itu adalah antara lain :
1)      Untuk mengusahakan agar status gizi pasien dalam keadaan optimal pada saat pembedahan.
2)      Tersedianya cadangan makanan.
3)      Untuk mengatasi stres dan penyembuhan luka.




2.7          SYARAT DIET PRA BEDAH
                Adapun syarat-syarat Diet Pra Bedah adalah sebagai berikut :
1)      Energi
a.       Bagi Pasien dengan status gizi kurang diberikan sebanyak 40-45 kkal/kg BB.
b.      Bagi pasien dengan status gizi lebih diberikan sebanyak 10-25 % di bawah kebutuhan energi normal.
c.       Bagi pasien dengan status gizi baik diberikan sesuai dengan kebutuhan energi normal ditambah faktor stres sebesar 15% dari AMB ( Angka Metabolisme Basal ).
d.      Bagi pasien dengan penyakit tertentu energi diberikan sesuai dengan penyakitnya.
2)      Protein
a.       Bagi pasien dengan status gizi kurang,anemia, albumin rendah (<2,5 mg/dl ) diberikan protein tinggi 1,5 – 2,0 g/kg BB.
b.      Bagi pasien dengan status gizi baik atau kegemukan diberikan protein normal 0,8 – 1 g/k BB.
c.       Bagi pasien dengan penyakit tertentu diberikan sesuai dengan penyakitnya.
3)      Lemak cukup
yaitu 15 – 25 % dari kebutuhan energi total. Bagi pasien dengan penyakit tertentu diberikan sesuai dengan penyakitnya.
4)      Karbohidrat cukup
Sebagai sisa dari kebutuhan energi total untuk menghindari hipermetabolisme. Bagi pasien dengan penyakit tertentu, karbohidrat diberikan sesuai dengan penyakitnya.
5)      Vitamin cukup
Terutama vitamin B, C & K. Bila perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.
6)      Mineral cukup
Bila perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.
7)      Rendah sisa
Memudahkan dilakukannya pembersihan saluran cerna/klisma, sehingga tidak mengganggu proses pembedahan ( tidak buang air besar / kecil dimeja operasi ).
2.8          INDIKASI DIET PRA BEDAH
                Sesuai dengan jenis dan sifat pembedahan, Diet Pra Bedah diberikan dengan indikasi sebagai berikut :
1.       Prabedah darurat atau cito
Sebelum pembedahan tidak diberikan diet tertentu.
2.       Prabedah berencana atau Elektif
a.       Prabedah minor/kecil elektif
Seperti tonsilektomi tidak membutuhkan diet khusus. Pasien dipuasakan 4-5 jam sebelum pembedahan. Sedangkan pada pasien yang akan menjalani apendiktomi, herniatomi, hemoroidektomi dan sebagainya diberikan Diet Sisa Rendah sehari sebelumnya.
b.      Prabedah mayor /besar elektif seperti :
                                            I.            Prabedah besar saluran cerna diberikan diet sisa rendah selama 4 – 5 hari, dengan tahapan :
1).   Hari ke-4 sebelum pembedahan diberi makanan lunak.
2).   Hari ke-3 sebelum pembedahan diberi makanan saring.
3).   Hari ke-2 dan 1 hari sebelum pembedahan diberi fomula enteral sisa rendah.
                                          II.            Prabedah besar diluar saluran cerna diberi formula enteral sisa rendah selama   2 - 3 hari.Pemberian makanan terakhir pada pra bedah besar dilakukan 12 – 18 jam sebelum pembedahan, sedangkan minum terakhir 8 jam sebelumnya.

2.9          BAHAN MAKANAN SEHARI DAN CONTOH MENU DIET PRA BEDAH
Bahan makanan sehari yang diberikan pada pasien Diet Pra Bedah adalah makanan lunak, makanan saring dan makanan cair.
v  Makanan Lunak
BM yang diberikan sehari
Komposisi mentah
Berat (g)
URT
Beras
Daging
Telur
Tempe
Kacang Hijau
Sayuran
Buah
Minyak
Gula pasir
250
100
50
100
25
200
150
25
40
5        gelas nasi tim
1          potong sdg
1          butir
4        ptg sdg
2,5     sdm
2          gls
2        bh pisang sdg
2,5     sdm
4        sdm



Contoh menu
pagi
siang
sore
Bubur susu
Telur  setengah masak
susu
Bubur saring
Semur daging saring
Orak arik telur
Wortel saring
Air jeruk
Bubur saring
Sup daging saring
Tim tahu
Bayam saring
Pepaya saring
Pukul 10.00
Puding vanili + susu
Pukul 16.00
susu
Pukul 20.00
susu

v  Makanan saring
BM yang diberikan sehari
Komposisi mentah
Berat (g)
URT
Beras
Maezena
Daging
Telur
Tahu
Sayuran
Buah
Margarin
Gula pasir
Susu
90
15
100
100
75
100
200
30
60
800
3                                 gls bubur saring
3                    sdm
½                   gls saring
2                    btr
½                   btr besar
1                    gls saring
1                      gls pepaya saring
3                    sdm
6                    sdm
4                    gls









Contoh menu
Pagi
Siang
Sore
Bubur susu
Telur ½ masak
susu
Bubur saring
Semur daging saring
Orak arik telur
Wortel saring
Air jeruk
Bubur saring
Sup daging saring
Tim tahu
Bayam saring
Pepaya saring
Pukul 10.00
Puding vanili + susu
Pukul 16.00
susu
Pukul 20.00
susu

v  Makanan cair
Makanan cair dibagi 3 golongan yaitu makanan cair jernih,makanan cair penuh,dan makanan cair kental.
a.       Makanan cair jernih
Bahan makanan/minuman yang diberikan sehari
Pagi
Siang
Malam
Teh
Kaldu jernih,air jeruk
Kaldu jernih,air jeruk
Pukul 10.00
Air bubur kacang hijau
Pukul 16.00
teh


b.      Makanan cair penuh
Pada makanan cair penuh digolongkan menjadi 2 yaitu :
Ø  Formula rumah sakit ( FRS )
Ø  Formula komersial ( FK )







BM sehari FRS dengan susu yang diberikan
BM
1500 kkal
1800 kkal
2000 kkal

Berat
URT
Berat
URT
Berat
URT
Maizena
Telur ayam
Jeruk
Margarin
Susu penuh bubuk
Susu skim bubuk
Gula pasir
glukosa
20
150
100
10
120
40
80

4 sdm
3 btr
2 bh sdg
1 sdm
24 sdm
8 sdm
8 sdm
20
150
100
20
120
120
80
4 sdm
3 btr
2 bh
2 sdm
24 sdm
24 sdm
16 sdm
20
150
100
20
160
160
100
50
4 sdm
3 btr
2 bh
2 sdm
32 sdm
32 sdm
20 sdm
5 sdm

Contoh  bahan makanan yang dianjurkan

Jenis FRS
Bahan makanan
1
Makanan cair dengan susu penuh/skim
Susu penuh, maizena, telur ayam, margarine, gula, sari buah
2
Makanan di blender
Nasi tim, telur ayam, daging giling,ikan, tahu,tempe, wortel, labu kuning, sari buah
3
Rendah laktosa
Sama dengan no.1 tetapi susu diganti yang rendah laktosa
4
Tanpa susu
Kacang hijau, tahu, tempe, wortel, sari buah, telur, tepung sereal





c.       Makanan cair kental
BM yang dianjurkan

Sumber karbohidrat
Kentang, gelatin, tapioca dibuat puding
Sumber protein
Susu, es krim, yoghurt, telur ayam, tahu giling
Sumber lemak
Margarine dan mentega
Sayuran
Sayuran dibuat jus dan dikentalkan dengan gelatin
Buah – buahan
Buah dibuat jus, jeli dan pure
Bumbu
Garam, bawang merah, gula, kecap

Contoh menu makanan sehari
Pukul 07.00
Sup krim jagung
Susu
Pukul 12.00
Kentang pure
Jus sayuran
Jus mangga
Pukul 18.00
Puding maizena
Pukul 10.00
Milk shake
Pukul 15.00
Jus pepaya
Pukul 21.00
susu

2.10        DEFINISI DIET PASCA BEDAH
Setelah kita mengetahui definisi Diet Pra Bedah, sekarang kita lanjutkan dengan mengetahui definisi Diet Pasca Bedah itu sendiri.
Diet Pasca Bedah adalah makanan yang diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan.
2.11            TUJUAN DIET PASCA BEDAH
Adapun tujuan dari Diet Pasca Bedah adalah :
*      Untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal
*      Untuk mempercepat proses penyembuhan
*      Dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien dengan cara :
Ø  Memberikan kebutuhan dasar ( cairan, energi, protein )
Ø  Menggantikan kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan gizi lain.
Ø  Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.


2.12            SYARAT DIET PASCA BEDAH
Syarat dari Diet Pasca Bedah ialah memberikan makanan secara bertahap mulai dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa.
Disini,pemberian makanan dilakukan dari tahap ke tahap tergantung dari macam pembedahan dan keadaan pasien seperti sebagai berikut :
1)      Pasca bedah minor
Pada pasca bedah minor ini,makanan diusahakan secepat mungkin kembali seperti biasa atau normal.
2)      Pasca bedah mayor
Pada pasca bedah mayor ini,makanan diberikan secara berhati-hati disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk menerimanya.

2.13            INDIKASI DIET PASCA BEDAH
DI dalam  indikasi Diet Pasca Bedah ini terbagi atas 2 yaitu :
1.       Diet Pasca Bedah I    ( DPB )
2.       Diet Pasca Bedah II  ( DPB  II)
3.       Diet Pasca Bedah III (DPB III)
4.       Diet Pasca Bedah IV (DPB IV)

2.13.1       Diet pasca bedah I ( DPB I )
Diet ini diberikan kepada semua pasien pasca bedah :
a.       Pasca bedah minor
Diberikan setelah pasien sadar atau rasa mual hilang.
b.      Pasca bedah mayor
Diberikan setelah pasien sadar,rasa mual hilang dan ada tanda - tanda usus sudah mulai bekerja.

2.13.2       Diet pasca bedah II (DPB II)
Diet pasca bedah II diberikan kepada pasien pasca bedah besar saluran cerna atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah I.

2.13.3       Diet pasca bedah III (DPB III)
Diet pasca bedah III ini diberikan kepada pasien pasca bedah mayor saluran cerna atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca Bedah II.


2.13.4       Diet pasca bedah IV (DPB IV)
Diet pasca bedah IV ini diberikan kepada :
·         Pasien pasca bedah minor,setelah Diet Pasca Bedah I
·         Pasien pasca bedah mayor,setalah Diet Pasca bedah III.
                      
2.14           CARA MEMBERIKAN MAKANAN DIET PASCA BEDAH
2.14.1       Diet Pasca Bedah I (DPB I)
Adapun cara memberikan Diet Pasca Bedah I ini ialah selama 6 jam sesudah pembedahan ,makanan diberikan dalam bentuk air putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada makanan cair jernih.
2.14.2    Diet Pasca Bedah II (DPB II)
Adapun cara memberikan Diet Pasca Bedah II ini ialah dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sup, susu, dan puding,rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan juga tergantung dari keadaan dan kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan makanan parenteral bila diperlukan. Diet Pasca Bedah II diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena zat gizinya kurang.
2.14.3       Diet Pasca Bedah III (DPB III)
Adapun cara memberikan Diet Pasca Bedah III ini berupa makanan saring ditambah susu dan biskuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain itu juga dapat diberikan makanan parenteral bila diperlukan.

2.14. 4   Diet Pasca Bedah IV (DPB IV)
                       Adapun cara memberikan Diet Pasca Bedah IV ini berupa makanan lunak yang dibagi dalam 3 kali makanan lengkap dan 1 kali makanan selingan.

2.15            DEFINISI DIET PASCA BEDAH LEWAT PIPA LAMBUNG
Yang disebut dengan Diet Pasca Bedah Lewat Pipa Lambung adalah pemberian makanan bagi pasien dalam keadaan khusus seperti koma, terbakar, gangguan psikis.
Disini makanan harus diberikan lewat pipa lambung (enteral) atau Naso Gastrik Tube (NGT).

2.16            CARA MEMBERIKAN DIET PASCA BEDAH LEWAT PIPA LAMBUNG
Adapun cara memberikan Diet Pasca Bedah Lewat Pipa Lambung ialah makanan diberikan sebagai makanan cair kental penuh, 1 kkal/ml, sebanyak 250 ml tiap 3 jam bila tidak tidur.
Dan makanan diharapkan dapat merangsang peristaltik lambung.


2.17            BAHAN MAKANAN SEHARI DAN NILAI GIZI DIET PASCA BEDAH LEWAT PIPA LAMBUNG
BM sehari diet pasca bedah lewat pipa lambung
Pukul 07.00
Sup krim jagung
Susu
Pukul 12.00
Kentang pure
Jus sayuran
Jus mangga
Pukul 18.00
Puding maizena
Pukul 10.00
Milk shake
Pukul 15.00
Jus pepaya
Pukul 21.00
susu

Nilai gizi diet pasca bedah lewat pipa lambung
Energi 1385 kkal
Besi 21,8 mg
Lemak 50 g
Kalsium 386 mg
Protein 49 g
Vitamin A 2628,6 RE
Karbohidrat 199 g
Thiamin 0,8 mg
Vitamin C
190 mg





2.18            DEFINISI DIET PASCA BEDAH LEWAT PIPA JEJENUM
Adapun Diet Pasca Bedah lewat pipa jejenum adalah pemberian makanan bagi pasien yang tidak dapat menerima makanan melalui oral atau pipa lambung.
Disini makanan diberikan langsung ke jejenum dengan menggunakan pipa jejenum atau Jejenum Feeding Fistula (JFF).

2.19            CARA MEMBERIKAN DIET PASCA BEDAH LEWAT PIPA JEJENUM
Adapun cara memberikan Diet Pasca Bedah Lewat Pipa Jejenum ialah dengan cara makanan diberikan sebagai makanan cair yang tidak memerlukan pencernaan lambung dan tidak merangsang jejenum secara mekanis maupun osmotis.
Cairan diberikan tetes demi tetes secara perlahan ,aga tidak terjadi diare atau kejang. Diet ini juga diberikan pada waktu yang singkat karena kurang energi, protein, vitamin, dan zat besi lainnya.







2.20            BAHAN MAKANAN SEHARI DIET PASCA BEDAH LEWAT JEJENUM
BM sehari diet pasca bedah lewat jejenum

Susu bubuk
80 g
Air kapur (USP)
420 ml
Dekstrin maltosa
20 g
Air
200 ml


Nilai gizi Diet Pasca Bedah lewat jejenum
Energi
484 kkal
Protein
20 g
Lemak
24 g
Karbohidrat
48 g
Kalsium
723 mg
Besi
0,5 mg
Vitamin A
1256 RE
Tiamin
0,2 mg
Vitamin  C
4,8 mg
















BAB III
PENUTUP
3.1               KESIMPULAN
Dilihat dari paparan / penjelasan diatas,maka dapat ditarik kesimpulan. Diet tindakan bedah itu terdiri dari 2 yaitu diet tindakan pra bedah dan diet tindakan pasca bedah . Tujuan diet pra bedah adalah untuk mengusahakan agar status gizi pasien dalam keadaan optimal pada saat pembedahan,sehinggan tersedia cadangan untuk mengatasi stress dan penyembuhan luka. Sedangkan tujuan dari diet pasca bedah ialah untuk mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien dengan cara memberikan kebutuhan dasar ( cairan, energi, protein ),menggantikan kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan gizi lain, dan memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Pembedahan terdiri dari 2 macam yaitu bedah minor dan bedah mayor. Dan operasi terdiri dari 2 sifat yaitu bersifat segera dalam keadaan darurat atau cito dan bersifat berencana atau elektif. Macam-macam penyakit yang membutuhkan pembedahan yaitu antara lain penyakit yang paling utama membutuhkan pembedahan adalah penyakit saluran cerna, jantung, ginjal, saluran pernapasan dan tulang serta penyakit penyerta yang dialami, misalnya penyakit diabetes melitus, jantung, dan hipertensi.  Indikasi Diet Pasca Bedah ini terbagi atas 4  yaitu Diet Pasca Bedah I    ( DPB ), Diet Pasca Bedah II  ( DPB  II), Diet Pasca Bedah III (DPB III), dan Diet Pasca Bedah IV (DPB IV). Diet Pasca Bedah Lewat Pipa Lambung adalah pemberian makanan bagi pasien dalam keadaan khusus seperti koma, terbakar, gangguan psikis. Makanan harus diberikan lewat pipa lambung (enteral) atau Naso Gastrik Tube (NGT). Sedangkan Diet Pasca Bedah Lewat Pipa Jejenum ialah dengan cara makanan diberikan sebagai makanan cair yang tidak memerlukan pencernaan lambung dan tidak merangsang jejenum secara mekanis maupun osmotis. Cairan diberikan tetes demi tetes secara perlahan ,aga tidak terjadi diare atau kejang. Diet ini juga diberikan pada waktu yang singkat karena kurang energi, protein, vitamin, dan zat besi lainnya.

3.2               SARAN
Sebagai calon perawat/lulusan S1 Keperawatan harus menguasai mata kuliah “ ILMU GIZI dan TERAPI DIET” agar nantinya didalam menjalankan tugas maupun pada saat magang dirumah sakit tidak menemui kesulitan. Dan calon perawat harus tahu Diet apa yang harus diberikan kepada pasien yang dirawat agar tidak menemui kesalahan didalam memberikan   “ DIET TINDAKAN BEDAH “.



DAFTAR PUSTAKA
 Almatsier,Sunita (Ed).2006. Penuntun Diet Edisi Baru . Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Mahaji Putri, Rona Sari. Tanpa tahun. Gizi dan Terapi Diet. Malang