BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Penduduk
Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada
tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen
dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia
meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di
seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari
seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang
atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat
secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk Indonesia
berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada
tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 :58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12
tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun sertatahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000)
Peningkatan
jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik
dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Implikasi ekonomis yang
penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio
ketergantungan usia lanjut (old age ratio dependency). Setiap penduduk
usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk usia lanjut.
Wirakartakusuma dan Anwar (1994) memperkirakan angka2 ketergantungan usia
lanjut pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,74% yang berarti
bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang
usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015 sebanyak
100 penduduk produktif harus menyokong 9 orang usia lanjut yang berumur 65
tahun ke atas. Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia
banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis, artinya mereka mengalami
perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang mengarah pada perubahan yang
negatif.
Secara
umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami
penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan :
(1) perubahan
penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit,
(2) perubahan
bagian dalam tubuh seperti sistem saraf : otak, isi perut : limpa, hati,
(3) perubahan
panca indra : penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan
(4) perubahan
motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan
baru.
Perubahan-perubahan
tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis yang
akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial mereka.
Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-hari. Masalah
umum yang dialami lanjut usia yang berhubungan dengan kesehatan fisik, yaitu
rentannya terhadap berbagai penyakit , karena berkurangnya daya tahan tubuh
dalam menghadapi pengaruh dari luar. Menurut data SKRT (Survey Kesehatan Rumah
Tangga) masih tinggi. SKRT tahun 1980 menunjukkan angka kesakitan penduduk usia
55 tahun ke atas sebesar 25,7 persen. Berdasarkan SKRT tahun 1986 angka
kesakitan usia 55 tahun 15,1%, dan menurut SKRT 1995 angka kesakitan usia 45-59
sebesar 11,6 persen ( Wirakartakusumah : 2000)
Dalam
penelitian Profil Penduduk Usia Lanjut Di Kodya Ujung Pandang ditemukan bahwa
lanjut usia menderita berbagai penyakit yang berhubungan dengan ketuaan antara
lain diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, rematik dan asma sehingga
menyebabkan aktifitas bekerja terganggu (Ilyas : 1997). Demikian juga temuan
studi yang dilakukan Lembaga Demografi Universitas Indonesia di Kabupaten Bogor
tahun 1998, sekitar 74 persen lansia dinyatakan mengidap penyakit kronis.
Tekanan darah tinggi adalah penyakit kronis yang banyak diderita lanjut usia,
sehingga mereka tidak dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari (Wirakartakusumah
: 2000).
Penurunan
kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis. Dengan berubahnya
penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan lanjut usia merasa rendah
diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi. Datangnya menopause bagi
perempuan akan menimbulkan perasaan tidak berguna , karena mereka tidak dapat
bereproduksi lagi. Inti dari kewanitaan adalah keberhasilan seorang wanita
untuk mengisi peranannya sebagai seorang ibu dan seorang istri (Saparinah, 1991).
Dengan asumsi tersebut menopause merupakan kejadian yang paling penting dan
yang paling banyak menimbulkan permasalahan bagi wanita.
Pada
umumnya masalah kesepian adalah masalah psikologis yang paling banyak dialami
lanjut usia. Beberapa penyebab kesepian antara lain
(1) longgarnya
kegiatan dalam mengasuh anak-anak karena anak-anak sudah dewasa dan bersekolah
tinggi sehingga tidak memerlukan penanganan yang terlampau rumit
(2) Berkurangnya
teman/relasi akibat kurangnya aktifitas di luar rumah
(3) kurangnya
aktifitas sehingga waktu luang bertambah banyak
(4) Meninggalnya
pasangan hidup
(5) Anak-anak
yang meninggalkan rumah karena menempuh pendidikan yang lebih tinggi, anak-anak
yang meninggalkan rumah untuk bekerja, Anak-anak telah dewasa dan membentuk
keluarga sendiri.
Beberapa
masalah tersebut akan menimbulkan rasa kesepian lebih cepat bagi orang lanjut
usia. Dari segi inilah lanjut usia mengalami masalah psikologis, yang banyak mempengaruhi
kesehatan psikis, sehingga menyebabkan orang lanjut usia kurang mandiri. Kondisi
kesehatan mental lanjut usia di Kecamatan Badung Bali menunjukkan bahwa pada
umumnya lanjut usia di daerah tersebut tidak mampu melakukan aktivitas
sehari-hari, mereka mengeluh mengalami gangguan tidur.
Mereka
merasa tidak senang dan bahagia dalam masa tuanya, karena berbagai kebutuhan
hidup dasar tidak terpenuhi, dan merasa sangat sedih, sangat kawatir terhadap
keadaan lingkungannya. Dalam sosialisasi dalam urusan di masyarakat kurang
aktif (Suryani, 1999). Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa beberapa
kondisi kesehatan mental lanjut usia mempengaruhi berbagai kondisi lanjut usia
yang lain seperti kondisi ekonomi, yang menyebabkan orang lanjut usia tidak
dapat bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan kondisi sosial yang
menyebabkan kurangnya hubungan sosial antara lanjut usia dengan masyarakat.
Masalah
ekonomi yang dialami orang lanjut usia adalah tentang pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari seperti kebutuhan sandang, pangan, perumahan, kesehatan, rekreasi
dan sosial. Dengan kondisi fisik dan psikis yang menurun menyebabkan mereka
kurang mampu menghasilkan pekerjaan yang produktif. Di sisi lain mereka
dituntut untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup sehari-hari yang semakin
meningkat dari sebelumnya, seperti kebutuhan akan makanan bergizi seimbang,
pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan bagi yang menderita penyakit
ketuaan dan kebutuhan rekreasi.
Sedangkan
penghasilan mereka antara lain dari pensiun, tabungan, dan bantuan keluarga.
Bagi lanjut usia yang memiliki asset dan tabungan cukup, tidak terlalu banyak
masalah. Tetapi bagi lanjut usia yang tidak memiliki jaminan hari tua dan tidak
memiliki aset dan tabungan yang cukup maka pilihan untuk memperoleh pendapatan
jadi semakin terbatas. Jika tidak bekerja berarti bantuan yang diperoleh mereka
dapatkan dari bantuan keluarga, kerabat atau orang lain.
Dengan
demikian maka status ekonomi orang lanjut usia pada umumnya berada dalam
lingkungan kemiskinan. Keadaan tersebut akan mengakibatkan orang lanjut usia
tidak mandiri, secara finansial tergantung kepada keluarga atau masyarakat bahkan
pemerintah Banyak lanjut usia dengan sia-sia mencari suatu bentuk pekerjaan. Upaya
untuk mencari pekerjaan setelah pensiun mengalami kesulitan, karena berbagai lowongan
pekerjaan di berbagai media masa selalu menghendaki tenaga kerja dengan
pendidikan tinggi, penampilan menarik, energik, loyalitas tinggi, dan usia maksimal
yang dikehendaki pada umumnya 25 – 30 tahun. Jika hal ini dikaitkan dengan
pencari kerja yang sudah lanjut usia yang pada umumnya berpendidikan rendah,
menurut Wirakartakusumah (2000) sekitar 52,5 persen dari 13,3 juta lansia tidak
pernah sekolah, tidak tamat SD sekitar 27,8 persen atau 3,7 juta orang ,
sehingga dengan demikian 80 persen lansia berpendidikan SD ke bawah dan tidak
memenuhi beberapa persyaratan yang dikehendaki perusahaan/industri maka membuat
tenaga kerja lanjut usia semakin tersingkir dari dunia kerja yang diharapkan.
Kurangnya pasaran kerja, membuat mereka tidak mampu bersaing dengan orang-orang
yang lebih muda dan berpendidikan. Disamping itu menurunnya kondisi fisik yang
tidak mungkin dapat menyesuaikan dengan pekerjaan-pekerjaan yang memegang
prinsip efektifitas dan kualitas serta kuantitas yang tinggi ikut berpengaruh.
Dengan demikian pengangguran lanjut usia akan semakin banyak, dan lanjut usia
semakin berada pada garis kemiskinan dan semakin tergantung pada generasi muda Di
jaman modernisasi, hubungan orang muda dan orang tua semakin renggang.
Kesibukan yang melanda kaum muda hampir menyita seluruh waktunya, sehingga
mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk memikirkan orang tua. Kondisi seperti
ini menyebabkan kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak, kurangnya
perhatian dan pemberian perawatan terhadap orang tua. Kondisi perkotaan yang
berpacu untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan banyak menimbulkan rasa
kecemasan, ketegangan, ketakutan, bagi penduduknya yang dapat menyebabkan
penyakit mental. Kondisi perkotaan yang besifat individualisme menyebabkan
kontak sosial menjadi longgar sehingga penduduk merasa tidak aman, kesepian dan
ketakutan.
Untuk
memperbaiki kualitas sumber daya manusia lanjut usia perlu mengetahui kondisi
lanjut usia di masa lalu dan masa sekarang sehingga orang lanjut usia dapat
diarahkan menuju kondisi kemandirian. Sehubungan dengan kepentingan tersebut
perlu diketahui kondisi lanjut usia yang menyangkut kondisi kesehatan, kondisi
ekonomi, dan kondisi sosial. Dengan mengetahui kondisikondisi itu, maka
keluarga, pemerintah, masyarakat atau lembaga sosial lainnya dapat memberikan
perlakuan sesuai dengan masalah yang menyebabkan orang lanjut usia tergantung
pada orang lain. Jika lanjut usia dapat mengatasi persoalan hidupnya maka
mereka dapat ikut serta mengisi pembangunan salah satunya yaitu tidak
tergantung pada orang lain.
Dengan
demikian angka ratio ketergantungan akan menurun, sehingga beban pemerintah
akan berkurang Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan
pada bagian terdahulu, maka beberapa masalah utama yang dihadapi lanjut usia
pada Umumnya adalah :
1) Menurunnya
daya tahan fisik
2) Masa
pensiun bagi lanjut usia yang dahulunya bekerja sebagai pegawai negeri sipil
yang menyebabkan menurunya pendapatan dan hilangnya prestise
3) Perkawinan
anak sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari orang tua
4) Urbanisasi
penduduk usia muda yang menyebabkan lanjut usia terlantar,
5) Kurangnya
dukungan dari keluarga lanjut usia
6) Pola
tempat tinggal lanjut usia; lanjut usia yang hidup di rumah sendiri, tinggal
bersama dengan anak /menantu, dan tinggal di panti werdha.
Dengan
permasalahan yang komplek yang dialami oleh lanjut usia maka peneliti memilih
permasalahan pengaruh faktor-faktor kondisi kesehatan, kondisi ekonomi dan
kondisi sosial terhadap kemandirian orang lanjut usia
.
DAFTAR PUSTAKA
Marylin,
M, Fredman, 2010, Buku Ajar Keperawatan Keluarga, Jakarta EGC
Noorkasiani,
Tamher, S, 2009, Kesehatan Usia Lanjut
dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika
Sudaryanto,
Agus, Indrawati. 2008, Persepsi Lansia terhadap
Kegiatan
Pembinaan Kesehatan
Lansia di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Prambanan Yogyakarta, Jurnal
Kesehatan, Vol 1
.