1. Definisi '
·
Infeksi Saluran Pernapasan Akut
adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
·
Infeksi Saluran Pernapasan Akut
adalah infeksi atau peradangan yang menyerang saluran pernafasan atas; mulut,
hidung sampai tenggorokan.
·
Infeksi saluran pernafasan adalah
suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami
inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan
menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus
Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).
·
Infeksi
saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam
menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
·
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paruparu
(alveoli). Terjadinya Pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan
terjadinya proses infeksi akut pada bronkhus yang disebut bronkopneumonia.
Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA semua bentuk Pneomonia (baik
Pneumonia maupun bronkopneumonia) disebut “Pneumonia” saja.
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan
System pernafasan terdiri dari
hidung , faring , laring ,trakea , bronkus , sampai dengan alveoli dan
paru-paru.
Fisiologi Pernafasan
Pernafasan paru-paru merupakan pertukaran oksigen
dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Sistem pernafasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
dan paru-paru.
1. Hidung merupakan saluran
pernafasan yang pertama , mempunyai dua lubang/cavum nasi. Didalam terdapat
bulu yang berguna untuk menyaring udara , debu dan kotoran yang masuk dalam
lubang hidung . hidung dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa (Drs.
H. Syaifuddin. B . Ac , th 1997 , hal 87 )
2. Faring merupakan tempat
persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan , faring terdapat
dibawah dasar tengkorak , dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas
tulang leher . faring dibagi atas tiga bagian yaitu sebelah atas yang sejajar
dengan koana yaitu nasofaring , bagian tengah dengan istimus fausium disebut
orofaring , dan dibagian bawah sekali dinamakan laringofaring .(Drs
.H.syafuddin. B.Ac 1997 hal 88).
3. Trakea merupakan cincin tulang
rawan yang tidak lengkap (16-20cincin), panjang 9-11 cm dan dibelakang terdiri
dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan mukosa . trakea
dipisahkan oleh karina menjadi dua bronkus yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri
(Drs .H . Syaifuddin .B. Ac th 1997, hal 88-89)
4. Bronkus merupakan lanjutan dari
trakea yang membentuk bronkus utama kanan dan kiri , bronkus kanan lebih pendek
dan lebih besar daripada bronkus kiri cabang bronkus yang lebih kecil disebut
bronkiolus yang pada ujung – ujung nya terdapat gelembung paru atau gelembung
alveoli (H.Syaifuddin B Ac th1997, hal 89-90).
5. Paru- paru merupakan sebuah alat
tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung – gelembung .paru-paru terbagi
menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus . Paru-paru
terletak pada rongga dada yang diantaranya menghadap ke tengah rongga dada /
kavum mediastinum. Paru-paru mendapatkan darah dari arteri
bronkialis yang kaya akan darah dibandingkan dengan darah arteri pulmonalis
yang berasal dari atrium kiri.besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4500
ml sampai 5000 ml udara. Hanya sebagian kecil udara ini, kira-kira 1/10 nya
atau 500 ml adalah udara pasang surut . sedangkan kapasitas paru-paru adalah
volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-paru yang dalam keadaan
normal kedua paru-paru dapat menampung sebanyak kuranglebih 5 liter. (Drs. H.
Syaifuddin . B.Ac .th 1997 hal 90 , EVELYN,C, PIERCE , 1995 hal 221 ).
Pernafasan ( respirasi ) adalah peristiwa menghirup
udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh ( inspirasi) serta
mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh (
ekspirasi ) yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura
dan paru-paru .proses pernafasan tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu:
1.
Ventilasi pulmoner.
Ventilasi
merupakan proses inspirasi dan ekspirasi yang merupakan proses aktif dan pasif
yang mana otot-otot interkosta interna berkontraksi dan mendorong dinding dada
sedikit ke arah luar, akibatnya diafragma turun dan otot diafragma
berkontraksi. Pada ekspirasi diafragma dan otot-otot interkosta eksterna
relaksasi dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka
udara terdorong keluar. (NI LUH GEDE.Y.A.SKp.1995.hal
124. Drs.H.Syaifuddin.B.Ac.1997.hal
91)
2.
Difusi
Gas.
Difusi Gas
adalah bergeraknya gas CO2 dan CO3 atau partikel lain dari area yang
bertekanan tinggi kearah yang bertekanann rendah. Difusi gas melalui
membran pernafasan yang dipengaruhi oleh factor ketebalan membran,
luas permukaan membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2 serta
perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam Difusi gas ini pernfasan yang berperan
penting yaitu alveoli dan darah. (Ni Luh Gede.Y.A. SKP. Th 1995 hal 124, Drs.
H. Syaifuddin. B.Ac.1997 hal 93 .Hood .Alsegaff th 1995 .
hal 36-37)
3.
Transportasi
Gas
Transportasi
gas adalah perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru
dengan bantuan darah ( aliran darah ). Masuknya O2 kedalam sel darah yang bergabung
dengan hemoglobin yang kemudian membentuk oksihemoglobin sebanyak 97% dan sisa
3 % yang ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel .(Ni Luh Gede Y. A.
Skp th1995 hal 125 Hood Alsegaff th 1995 hal 40).
Di dalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil
buangan menembus membran alveoli, dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa
bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung.
Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida,
konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang pusat pernafasan terdapat
dalam otak untuk memperbesar kecepatan dalam pernafasan sehingga terjadi
pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 lebih
banyak.
2.3 Klasifikasi Penyakit ISPA
Menurut Program Pemberantasan
Penyakit (P2) ISPA, penyakit ISPA dibagi menjadi dua golongan yaitu pneumonia dan
yang bukan pneumonia.
Untuk kelompok umur <2 bulan klasifikasi dibagi atas :
Untuk kelompok umur <2 bulan klasifikasi dibagi atas :
Pneumonia berat
|
Bukan Pneumonia
|
1. Nafas cepat lebih
dari 60 x/menit
2. Tampak tarikan
dinding dada
3. Diisolasi dari cacing tanaholeh Ruiz
|
1. Tidak ada nafas cepat (nafas
kurang dari 60 x/menit
2. Tidak ada tarikan dinding
dada/bagian bawah ke dalam yang kuat
|
Untuk kelompok umur 2 bulan -<5 tahun
klasifikasi dibagi atas :
Pneumonia berat
|
Pneumonia
|
Bukan Pneumonia
|
1. Tampak tarikan
dinding dada/bagian bawah ke dalam yang kuat
|
1. Tidak ada tarikan
dinding dada/bagian bawah ke dalam yang kuat
2. Nafas cepat:
- bayi umur 2 bulan - <
12 bulan lebih dari 50 x/menit
- anak umur 1 tahun - <
5 tahun lebih dari 40 x/menit
|
1. tidak ada nafas
cepat
2. tidak ada tarikan
dinding dada/bagian bawah ke dalam yang kuat.
3. batuk pilek biasa
|
2.4 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri
dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA
antara lain adalah dari genus streptokokus. Stafilokokus, Pnemokokus,
Hemofilus, Bordetella dan Korinebakterium. Virus Penyebab ISPA antara lain
adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain.
1. Virus Utama : – ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero
Virus.
2. ISPA bawah :
RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
3. Bakteri Utam :
Streptococus,pneumonia,haemophilusinfluenza,Staphylococcus aureus.
4. Pada neonatus dan bayi muda :
Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah : Mycoplasma pneumonia.
2.5 Faktor Resiko
1.
Faktor
diri (host) : umur,jenis kelamin,status gizi,kelainan
congenital,imunologis,BBLR dan premature.
2.
Faktor
lingkungan : Kualitas perawatan orang tua,asap rokok,keterpaparan terhadap
infeksi,social ekonomi,cuaca dan polusi udara.
2.6 Patofisiologi
Perjalanan
alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :
1.
Tahap
prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2.
Tahap
inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3.
Tahap dini
penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan
batuk.
4.
Tahap
lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh dengan
atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
2.7 Tanda dan Gejala
2.7.1 Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah
sebagai berikut:
1. Batuk
2. Nafas cepat
3. Bersin
4. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5. Nyeri kepala
6. Demam ringan
7. Tidak enak badan
8. Hidung tersumbat
9. Kadang-kadang sakit saat menelan
2.7.2 Tanda-tanda bahaya klinis ISPA
1. Pada sistem respiratorik adalah:
tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping
hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
2. Pada sistem cardial adalah:
tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
3. Pada sistem cerebral adalah
: gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan
coma.
4. Pada hal umum adalah : letih dan
berkeringat banyak
2.8 Cara Penularan
Infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA) dapat menular melalui udara dengan cara batuk atau bersin.
2.9 Penatalaksanaan
2.9.1 Penatalaksanaan Medis
a. Suportif : meningkatkan daya tahan
tubuh berupa Nutrisi yang adekuat,pemberian multivitamin dll.
b. Antibiotik :
c. Idealnya berdasarkan jenis kuman
penyebab
d. Utama ditujukan pada
S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
e. Menurut WHO : Pneumonia rawat
jalan yaitu kotrimoksasol,Amoksisillin,Ampisillin,Penisillin Prokain,Pnemonia
berat : Benzil penicillin,klorampenikol,kloksasilin,gentamisin.
f. Antibiotik baru lain :
Sefalosforin,quinolon dll.
2.9.2 Perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain
:
a. Menigkatkan istirahat minimal 8
jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak
minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek
bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan
pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap
berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menetek
g. Mengatasi panas (demam) dengan
memberikan kompres, memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,
celupkan pada air (tidak perlu air es).
h. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
2.10 Cara Mencegah terjadinya ISPA
Berulang
Cara mencegah
terjadinya ISPA berulang yaitu dengan cara:
1. Berikan makanan makanan yang bergizi
2. mintalah anak untuk diimunisasi secara lengkap
3. Jagalah kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan
4. Immunisasi.
5. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
2.11 Konsep Asuhan Keperawatan
2.11.1
Pengkajian
Hal-hal
yang perlu dikaji pada pasien dengan ISPA :
a. Riwayat :
demam,batu,pilek,anoreksia,badan lemah/tidak bergairah,riwayat penyakit
pernapasan,pengobatan yang dilakukan dirumah dan penyakit yang menyertai.
b. Tanda fisik :
Demam,dyspneu,tachipneu,menggunakan otot pernafasan tambahan,faring hiperemis,pembesaran
tonsil,sakit menelan.
c. Faktor perkembangan : Umum
,tingkat perkembangan,kebiasaan sehari-hari,mekanisme koping,kemampuan mengerti
tindakan yang dilakukan.
d. Pengetahuan pasien/keluarga :
pengalaman terkena penyakit pernafasan,pengetahuan tentang penyakit pernafasan
dan tindakan yang dilakukan.
2.11.2 Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan b. d anoreksia
3. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa
faring dan tonsil
4. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d
tudak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun)
2.11.3 Intervensi dan Rasionalisasi
1. Peningkatan suhu tubuh bd proses inspeksi
Tujuan :
Suhu tubuh normal berkisar antara 36 – 37, 50
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1. Observasi tanda – tanda vital
2. Anjurkan pada klien/keluarga umtuk melakukan kompres
dingin ( air biasa) pada kepala / axial.
3. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan
yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun.
4. Atur sirkulasi udara.
5. Anjurkan klien untuk minum banyak ± 2000 – 2500 ml/hr.
6. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur selama fase febris
penyakit.
7. Kolaborasi
dengan dokter :
• Dalm pemberian therapy, obat antimicrobial • antipiretika |
1. Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan
perkembangan perawatan selanjutnya.
2. Degan menberikan kompres maka aakan terjadi proses
konduksi / perpindahan panas dengan bahan perantara .
3. Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang
tebal dan tidak akan menyerap keringat.
4. Penyedian udara bersih.
5. Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh
meningkat.
6. Tirah baring untuk mengurangi metabolism dan panas.
7. Untuk
mengontrol infeksi pernapasan
Menurunkan panas |
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b. d anoreksia
Tujuan :
klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
* klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.
* Tidak menunujukan tanda malnutrisi.
* klien dapat mentoleransi diet yang dianjurkan.
* Tidak menunujukan tanda malnutrisi.
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang BB setiap
hari
2. Berikan makan pporsi kecil tapi sering dan dalam keadaan
hangat
3. Beriakan oral sering, buang secret berikan wadah husus
untuk sekali pakai dan tisu dan ciptakan lingkungan beersih dan menyenamgkan.
4. Tingkatkan tirai baring.
5. Kolaborasi
• Konsul ahli gizi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan klien |
1. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori menyusun tujuan
berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
2. Untuk menjamin nutrisi adekuat/ meningkatkan kalori total
3. Nafsu makan dapt dirangsang pada situasi rilek, bersih dan
menyenangkan.
4. Untuk mengurangi kebutuhahan metabolic
5. Metode
makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi atau kebutuhan individu
untuk memberikan nutrisi maksimal.
|
3. Nyeri akut b.d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
Tujuan : Nyeri berkurang / terkontrol
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1. Teliti keluhan nyeri ,catat intensitasnya (dengan skala 0
– 10), factor memperburuk atau meredakan lokasimya, lamanya, dan
karakteristiknya.
2. Anjurkan
klien untuk menghindari allergen / iritan terhadap debu, bahan kimia,
asap,rokok.
3. Dan
mengistirahatkan/meminimalkan berbicara bila suara serak.
4. Anjurkan
untuk melakukan kumur air garam hangat
5. Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi • Steroid oral, iv, & inhalasi • analgesic |
1. Identifikasi karakteristik nyeri & factor yang
berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi
yang cocok & untuk mengevaluasi ke efektifan dari terapi yang diberikan.
2. Mengurangi bertambah beratnya penyakit.
3. Peningkatan sirkulasi pada daerah tenggorokan serta
mengurangi nyeri tenggorokan.
4. Kortikosteroid digunakan untuk mencegah reaksi alergi /
menghambat pengeluaran histamine dalam inflamadi pernapasan.
5. Analgesic
untuk mengurangi rasa nyeri
|
4. Resiko tinggi tinggi penularan infeksi b.d tudak
kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi penekanan imun)
Tujuan :
tidak terjadi penularan dan tidak terjadi komplikasi
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1. Batasi pengunjung sesuai indikasi
2. Jaga keseimbangan antara istirahat dan aktifitas
3. Tutup mulut dan hidung jika hendak bersin, jika ditutup
dengan tisu buang segera ketempat sampah
4. Tingkatkan daya tahan tubuh, terutama anak usia dibawah 2
tahun, lansia dan penderita penyakit kronis. Dan konsumsi vitamin C, A dan
mineral seng atau anti oksidan jika kondisi tubuh menurun / asupan makanan
berkurang
5. Kolaborasi
Pemberian obat sesuai hasil kultur |
1. Menurunkan
potensial terpalan pada penyakit infeksius.
2. Menurunkan konsumsi /kebutuhan keseimbangan O2 dan
memperbaiki pertahanan klien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
3. Mencegah penyebaran pathogen melalui cairan
4. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan
menurunkan tahanan terhadap infeksi
5. Dapat
diberikan untuk organiasme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan
sensitifitas / atau di berikan secara profilatik karena resiko tinggi
|
DAFTAR PUSTAKA
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita
Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes
gunawan. Jakarta: EGC
Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses :
definition & Classification20012002,Philadelpia,USA
Intensif
Neonatus. Jakarta:
Balai penerbit FKUI.
Materi pelatihan kader dan penyegara kader
(2004), PSIK UMJ, Jakarta
Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak) PSIK FK UGM tidak dipublikasikan
Pertemuan
Ilmiah Tahunan V (PIT-5) Ilmu Penyakit Dalam PAP di Sumsel. Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, Palembang
Rani. A, 2003. 100 Juta Episode Diare Per
Tahun. Farmacial, Jakarta Dalam
Soegijanto, S
(2002). Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan.
Jakarta: Salemba medika
Suriadi,Yuliani
R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta
Sya’roni,
Akmal dkk. 2003. Naskah Lengkap Workshop Tropik dan Infeksi.
Whalley
& wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume
II book 1. USA: CV. Mosby-Year book. In
Yu. H.Y.
Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar