Jumat, 04 Oktober 2013

Motivasi Perjuangan Perawat Indonesia,


PPNI Pusat telah mulai menabuh genderang perjuangan untuk memanggil seluruh Insan Keperawatan Indonesia utk berkontribusi maksimal dalam upaya memacu proses pengesahan RUU Keperawatan. Semua lobby-lobby dan pendekatan ilmiah tdk akan banyak berarti lagi sekarang tanpa adanya pergolakan dimasyarakat, ‘Civil Movement’. Hal ini dikarenakan jelas-jelas Kemenkes tidak rela jika profesi perawat memiliki UU yg mandiri. Mereka masih ingin ‘memerah susu’ dari profesi perawat ini.

Namun dilain sisi, adanya beberapa event-event nasional membuat perjuangan ini sedikit lebih berat. Adanya libur Iedul Fitri akan sedikit melumpuhkan gerakan kita di awal-awal bulan agustus. Selain itu, adanya Pemilu Legislatif awal tahun depan juga akan mempersempit time frame yg kita miliki utk mendorong DPR mensahkan RUUK ini.
Berikut adalah beberapa usulan strategi penyikapan RUU Keperawatan:

1.) Poster Kaleng ttg ajakan melakukan Mogok Nasional (Monas) keseluruh lapisan perawat di tanah air. Ini adalah momentum awalan kita mempublikasikan isu Monas ke internal perawat. Targetnya adalah adanya perhatian yg lebih dr seluruh perawat terlepas dari pro-kontra yg akan timbul. Poster ini disebar keseluruh komisariat. Tdk dijelaskan dalam poster tsb kapan dan bagaimana aksi Monas ini akan dilakukan. Yang diangkat dlm poster tsb adalah kesulitan-kesulitan ataupun hambatan dalam bekerja seperti kasus kekerasan atau rumitnya pembuatan STR.

2.) Konsolidasi antar level PPNI. Dilakukan konsolidasi internal PPNI perprovinsi utk menyamakan persepsi terhadap perkembangan terakhir RUUK ini. Diharapkan PPNI Pusat bersedia meng-agendakan kunjungan ke beberapa provinsi.

3.) Seminar Kontemporer. Diselenggarakan seminar kontemporer untuk membahas pro-kontra aksi Monas. Memang ini sangat riski karena bisa jadi akan lebih menimbulkan kontroversi di kalangan internal perawat sendiri. Tapi isu ini akan diharapkan mampu menarik perhatian yg lebih besar dari seluruh Insan Keperawatan. Untuk DKI Jakarta diharapkan mampu mengadakan seminar dalam skala besar dg mengundang tokoh nasional seperti Jusuf Kalla atau Capres lainya.

4.) Aksi Pertama. Sebaiknya aksi ini dilakukan oleh gerakan mahasiswa sebagai sebuah gerakan moral menuntut ketidak adilan yg dilakukan oleh Kemenkes. Dalam aksi ini harus dapat dilakukan auidensi serta advokasi dg Kemenkes meminta penjelasan terhadap ‘upaya’ kemenkes menghancurkan tatanan pendidikan profesional yg tertuang dlm naskah awal RUUK. Target utama dari aksi ini adalah memberikan sedikit shock terapi ke Kemenkes sekaligus mencoba menarik atensi media. Diperkirakan aksi ini dilakukan seminggu sebelum raker DPR tgl 28 agustus.

5.) Aksi Kedua. Aksi ini adalah lanjutan usaha utk terus meminta media mengawal isu ketidak adilan terhadap perawat. Lupakan isu kesejahteraan ataupun praktek mandiri yg tertuang dlm naskah RUUK. Dalam aksi ini kita coba mengangkat isu-isu riil dilapangan yg sedikit merugikan perawat seperti rumitnya proses STR ataupun kekerasan hukum yg terjadi bg perawat di daerah terpencil. Selain itu, aksi ini adalah untuk memperbaharui kontrak politik dg para Anggota Komisi IX. Kita akan meminta mereka menandatangani kontrak politik dg komunitas perawat Indonesia utk menagih janji mereka agar benar-benar memperjuangkan masa depan perawat. Rekan-rekan didaerah juga dpt membantu utk melakukan aksi di kantor DPP Dapil masing-masing anggota Komisi IX tsb. Lagi-lagi tdk banyak yg kita harapkan dalam aksi ini selain untuk terus mempertahankan atensi media dan memberikan pressure ke DPR/Kemenkes. Aksi ini harus dilakukan pada tanggal 28 agustus.

6.) Aksi Ketiga. Dilakukan pada sidang ketiga pembahasan DIM oleh DPR-Kemenkes. Kita akan terus memaksa mereka meneruskan RUUK ini ke tahap sidang berikutnya yaitu Paripurna DPR. Saat inilah kita mulai mensounding isu Mogok Nasional Perawat jika tdk disetujui oleh Komisi IX dan Kemenkes. Diperkirakan aksi ini akan dilakukan akhir september.

7.) Aksi Keempat. Yaitu pada sidang terakhir Komisi IX utk memutuskan apakah RUUK ini akan dilanjutkan ke paripurna atau tidak. Pada tahap ini kita akan mulai melakukan aksi “Indonesia 1 jam tanpa perawat”. Lagi-lagi untuk terus melakukan pressure thdp Komisi IX untuk mengambil keputusan yg memihak thdp prosei perawat. Permulaan aksi Monas 1 jam ini dimulai dan diakhiri oleh koordinator lapangan aksi di gedung DPR utk menunjukan solidnya gerakan ini.

8.) Aksi terakhir. Yaitu aksi pada Sidang Paripurna DPR untuk menuntut disahkanya RUUK sekarang juga. Kita mengerahkan massa yg massif di gedung DPR sekaligus meningkatkan eskalasi Monas dari 2 jam, 4 jam atau bahkan ‘Indonesia One day without nursing’. Ini adalah strategi terakhir. Kita harus berikan semua yg kita miliki pada saat ini atau bersiplah kita untuk terus bermimpi memiliki UU Keperawatan yg mandiri. Diperkirakan aksi ini akan terjadi pada akhir Oktober.

Usulan-usulan diatas hanyalah sedikit pemikiran utk menggambarkan proses penyikapan RUUK yg benar-benar dalam tahap yg kritis. Kedepanya akan sangat dibutuhkan penajaman ataupun bahkan modofikasi sesuai perkembangan dilapangan.

NB: Bisa jd dg dimuatnya ide ini diforum ini akan mngakibatkn ‘bocornya’ strategi ini ketangan DPR. Tetapi, proses pencerdasan yg komprehensif keseluruh lapisan perawat seluruh nusantara adalah lebih penting demi suksesnya perjuangan kita bersama. Saran dan masukan rekan-rekan sekalian akan sangat ditunggu

1 komentar: