Kamis, 17 Januari 2013

Trend Dan Issue Tentang Keperawatan Jiwa




My comment with at the problem is :
     Kedepan pemerintah harus menyediakan dana lebih besar untuk program kesehatan jiwa dan penambahan tempat tidur serta adanya pelayanan kesehatan jiwa pada puskesmas yang ditangani oleh perawat jiwa yang profesional dan sesuai dengan askep jiwa yang diberikan dan dilakukan penyuluhan kesehatan jiwa bagi masyarakat agar masyarakat dapat mengenal dan medektesi dini tanda tanda gangguan jiwa sehingga masyarakat dapat terhindar selanjutnya kesehatan jiwa sudah seharus dimasukan kedalam pola hidup sehat.
Selain itu sebenarnya pemerintah harus ada perhatikan terhadap keadaan rumah sakit untuk orang gangguan jiwa ini.Karena bagaimanapun mereka rakyat indonesia. jangan hanya koruptor saja yg dipelihara dan dijadikan anak emas dan juga bagi para pejabat pemerintah juga harus mementingkan kepentingan rakyat dan jangan hanya bisa untuk korupsi aja di karenakan kebanyakan orang yang mengalami gangguan jiwa ini kebanyakan karena masalah ekonomi.Di sinilah juga di butuhkan peran pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya dan jangan menyalah gunakan jabatannya agar rakyat sejahtera dan penyakit jiwapun hilang.

Trend / Isu Dimensi Spritual Dalam Asuhan Keperawatan Jiwa
Kecepatan informasi dan mobilitas manusia di era modernisasi saat ini begitu tinggi sehingga terjadi hubungan social dan budaya. Hubungan social antar manusia dirasakan menurun akhir – akhir ini, bahkan kadang- kadang hanya sebatas imitasi saja. Padahal bangsa Indonesia yang mempunyai / menjunjung tinggi  adat ketimuran sangat memperhatikan hubungan social ini. Dengan demikian kita patut waspada dari kehilangan identitas diri tersebut. Perubahan yang terjadi tadi dapat membuat rasa bingung karena muncul rasa tidak pasti antara moral, norma,nilai – nilai dan etika bahkan juga hokum. Menurut Dadang Hawari ( 1996 ) hal – hal tersebut dapat menyebabkan perubahan psikososial, antara lain : pola hidup social religious menjadi materialistis dan sekuler. Nilai agama dan tradisional diera modern menjadi serba boleh dan seterusnya.
Perubahan – perubahan yang dirasakan dapat mempengaruhi tidak hanya fisik tapi juga mental, seperti yang menjadi standar WHO ( 1984 ) yang dikatakan sehat tidak hanya fisik tetapi juga mental,social dan spiritual. Standar sehat yang disampaikan oleh WHO tersebut dapat menjadi peluang besar bagi perawat untuk berbuat banyak, karena perawat mempunyai kesempatan kontak dengan klien selama 24 jam sehari. Olehnya itu dalam tulisan ini kami bermaksud mebahas tentang dimensi spiritual, dimensi spiritual dalam kesehatan, konsep dalam memberikan asuhan keperawatan spiritual dan proses keperawatan dalam dimensi spiritual.
Pengertian Dimensi Spritual
Spritual menurut New Webster’s Dictionary ( 1981, hal. 1467 ) : spirit berasal dari bahasa latin yaitu spirare. Spirare berarti hembus atau nafas. Spirit ini merupakan bagian yang sangat prinsip dalam hidup manusia. Ia berada dalam jasmani manusia, sebagai jiwa, dan terpisah dari tubuh saat manusia meniggal. Hal tersebut sesuai dengan pengertian spirit dalam kamus bahasa Indonesia ( Dep Dik Bud 1990 ) yang berarti jiwa, sukma atau roh sedangkan spiritual berarti kejiwaan, rohani, mental atau moral.
Spritual oleh Taylor, 1997 adalah segala sesuatu yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesuatu yang bukan bersifat materi yang memberi kekuatan kehidupan dan kekuatan yang lebih besar. Spiritual digambarkan sebagai bagian dari sesuatu yang datang untuk diketahui, dicintai, dan pelayanan kepada Tuhan, dengan kata lain hubungan tanpa batas, dan pengalaman yang mempunyai kekuatan yang menyeluruh.
Menurut Fish dan Shelly, 1978 ( dari Taylor, dkk,1997 ) kebutuhan spiritual membawahi semua tradisi agama dan bersifat biasa pada semua orang, meliputi kebutuhan akan arti dan tujuan, cinta dan saling berhubungan, saling memaafkan.
Dari semua pengertian diatas spiritual merupakan kebutuhan dari setiap individu, sehingga individu akan puas jika kebutuhan spritualnya terpenuhi. Sebaliknya jika tidak terpenuhi, individu tersebut tidak terpenuhi kebutuhannya secara menyeluruh.
Dimensi spritual dalam kesehatan
Pada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat dikotomis melainkan antara keduanya sudah terintegrasi ( saling menunjang ). Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, ilmuwan penemu atom, ilmu pengetahuan tanpa agama bagaikan orang buta, tetapi agama tanpa ilmu pengetahuan bagaikan orang lumpuh.
Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa yang sehat banyak penelitian dilakukan di antaranya sebuah penelitian yang mengatakan kelompok yang tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai agama yang bagus dan sebaliknya. Karl Jung telah menyimpulkan dari analisanya bahwa mereka yang menderita penyakit mental mengalami suatu kekosongan rohani. Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat.
Isu Keperawatan Jiwa Terbaru
Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa melalui advokasi dan aksi masyarakatPerkembangan teknologi digital membuat dunia terasa semakin sempit, informasi dari berbagai belahan dunia mampu di akses dalam waktu yang sangat cepat, perkembangan pengetahuan, perkembangan terapi menjadi sebuah media perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan jiwa, berdasarkan isu diatas maka advokasi dan aksi masyarakat menjadi salah satu langkah awal untuk menekan penderita gangguan jiwa di indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.
Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan material, tuntutan hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat beberapa orang mengalami goncangan dalam kehidupannya, ketika agama tidak lagi menjadi pegangan, ketika nafsu duniawi menjadi tuhan maka akan banyak perilaku tidak wajar yang muncul, tekanan ekonomi, tekanan sosial, tekanan psikologis dan tekanan - tekanan yang lain mampu membuat ego defence mechanisme seseorang menjadi terganggu. Seseorang pada intinya ingin dianggap penting, perilaku agar dianggap atau terlihat penting ini yang terkadang merusak integritas pribadinya sendiri, contoh : "agar kelihatan kaya melakukan hutang dengan beban angsuran diluar kemampuan, akhirnya harus gerilya dengan debt collector, setiap debt collector datang harus bersembunyi atau bahkan melarikan diri agar hutangnya tidak ditagih, jika perlu pindah rumah kontrakan". Kejaran dari debt collector bisa membuat seseorang menjadi tertekan secara psikologis.
Kehidupan sebenarnya bermuara pada dua hal keinginan dan kebutuhan, jika orang berorientasi pada pemenuhan keinginan maka dia tidak akan mampu melawan keserakahan yang sudah menguasai hati dan kehidupannya, nafsu menjadi yang terbaik membuat orang menghalalkan segala cara untuk menang, sebuah kemenangan seorang pecundang sama buruknya dengan kekalahan pecundang yang sebenarnya, cara menang sebagai pecundang ini adalah dengan cara sikat kanan, sikat kiri, injak bawah dan menjilat atasan menjadi sebuah pilihan pahit yang diambil oleh para hedonis ini. Jika saja mutiara kebajikan "siapa menanam benih maka dia akan menuai, atau setiap perbuatan baik sekecil apapun ada balasannya dan setiap perbuatan buruk sekecil apapun akan ada balasannya". Manusia harus mampu menekan keinginan dan memprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan, jika kita memiliki keinginan maka mempertahankan melakukan segala sesuatu dengan cara baik adalah sebuah keharusan, alam, manusia dan semua ciptaan tuhan sudah diatur oleh sang pencipta dan manusia tidak perlu ikut membuat aturan yang sudah digariskan oleh tuhan, ketika manusia melalaikan janji maka sifat manusia sebagai tempat salah dan lupa bisa menjadi faktor pemakluman terhadap situasi tersebut, tetapi janji tuhan bukanlah faktor yang dapat ditawar, jika kita berbuat baik maka pasti akan menuai kebaikan jika kita berbuat buruk akan menuai hal buruk pula.
Manusia bisa membuat sebuah hukum, sebuah aturan dalam bentuk undang - undang dan berbentuk peraturan, isi aturan dan undang - undang bisa memiliki dua sisi, mengikuti kepentingan penguasa atau memang undang - undang tersebut memang untuk membuat sebuah keteraturan, ketika raja firaun berkuasa maka dia membuat sebuah undang - undang bahwa setiap warga yang memiliki anak laki - laki maka anak laki - lakinya tersebut harus dibunuh. Undang - undang ini tentu untuk kepentingan penguasa karena berdasarkan ramalan salah satu bayi laki - laki tersebut yang akan mengakhiri kisah kediktaktoran sang raja. Ketika akhirnya tuhan memberikan sebuah pembalasan dengan sangat kejam dengan cara menghanyutkan firaun dan semua pengikutnya ditengah lautan maka musnahlah kesombongan penguasa diktator tersebut.
Kisah - kisah teladan telah banyak yang diceritakan dalam kitab suci, jika manusia meresapi cerita - cerita tersebut kemudian memperkuat fondasi spiritualitasnya, melakukan komunikasi dengan pencipta lewat ibadah maka kehidupan akan menuju sebuah keteraturan, dunia diciptakan dalam bentuk aneka warna dan hitam putih sehingga muncul siang dan malam, gelap dan terang, mengembalikan manusia ke hakikat diri mereka yang sebenarnya akan membuat seseorang menemukan dirinya, mereka menerima semua kelebihan dan kekurangan dan secara sehat menerima setiap perbedaan sebagai sebuah paket utuh dari adanya persamaan, jika dunia berwarna putih semua maka akan monoton, bahkan asal mula kejahatan bermula dari rasa iri iblis terhadap adam sehingga adam terbuang dari surga, manusia pilihan yang diciptakan pertama kali sudah mampu disesatkan oleh iblis maka akan berapa banyak keturunan adam yang juga mampu disesatkan oleh iblis dengan iming - iming kenikmatan dunia.
Marilah kita beraksi, membersihkan hati, membersihkan pikiran dari berbagai racun yang mampu menggelapkan hati, dari berbagai racun yang merusak pikiran, kelak jika memang kita mampu bertahan dengan pikiran baik dan hati yang baik maka kedepannya bukan tidak mungkin kita mampu menularkan virus sehat hati dan sehat pikiran ini ke banyak orang ketika banyak orang yang sehat hati dan sehat pikiran maka kita telah ikut melakukan aksi untuk membantu mencegah orang lain terkena penyakit pikiran atau gangguan jiwa, semakin banyak orang yang menyebarkan virus kebaikan ini maka bukan tidak mungkin generasi emas, generasi berlian, generasi mutiara akan terlahir yang cahayanya mampu menyilaukan mata dunia karena amal dan perbuatan mereka yang memang baik, orang baik tidak melihat usia, jenis kelamin maupun suku, orang baik hanya mengenal satu kata "semua manusia pasti mati", dan salah satu bekal untuk menghadapi kematian adalah "menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungannya". Semoga renungan ini menjadi sebuah pelajaran berharga.
Trend Current Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai berikut:
1)      Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
2)      Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
3)      Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
4)      Kecenderungan situasi di era global
5)      Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
6)      Kecenderungan penyakit jiwa
7)      Meningkatnya post traumatik sindrom
8)      Meningkatnya masalah psikososial
9)      Trend bunuh diri pada anak
10)  Masalah AIDS dan NAPZA
11)  Pattern of parenting
12)  Perspektif life span history
13)  Kekerasan
14)  Masalah ekonomi dan kemiskinan
Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat onset terjadinya sampai klien mengalami gejala-gejala. Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun dan kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari masa konsepsi malahan harus dimulai dari masa pranikah.banyak penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan fisik dan mental seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi.
Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang hebat terlahir dari seorang ayah yang menggeluti musik, pola-polanya sudah dipelajari sejak dalam kandungan pada saat bayi belum lahir yang sudah terbiasa terpapar oleh suara-suara komposisi lagu yang teratur.Marc Lehrer, seorang ahli dari university of California menemukan bahwa dari 3000 bayi yang diteliti serta diberikan stimulasi dini berupa suara, musik, cahaya, getaran dan sentuhan, ternyata setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan emosi yang lebih baik. Kemudian Craig Ramey, meneliti bahwa stimulasi dini, bonding and attachment pada bayi baru lahir dapat meningkatkan inteligensi bayi antara 15-30%.
Marion cleves meneliti tentang tikus-tikus yang hamil. Beberapa tikus hamil yang diberikan stimulasi aliran listrik rendah, cahaya, suara dan jebakan-jebakan menunjukkan banyaknya percabangan dendrite sebagai prasyarat kecerdasan. Setelah dibandingkan dengan kelompok control ternyata menunjukkan perbedaan yang signifikan. Demikian juga penelitian-penelitian yang dilakukan di hospital Bangkok Thailand, pada bayi-bayi yang mendapat prenatal care yang baik dan stimulasi sejak dalam kandungan. Ternyata bayi tersebut mampu berbicara, berkomunikasi, menirukan suara, menyebut kata pertama dan senyum. Hal ini didukung oleh penemuan beatriz manrique (presiden the Venezuela ministry for the development of intelligence) dalam penelitian pada 600 bayi, ternyata stimulasi sejak dalam kandungan dapat menigkatkan kemampuan adaptasi, attachment, dan bahasa.
Demikian juga dengan kaitan antara masa kehamilan dengan skizofrenia. Skizofrenia sering dianggap sebagai penyakit kronis dan tidak dapat disembuhkan. Anggapan tersebut keliru, karena dengan pengobatan yang baik banyak penderita yang dapat kembali ke masyarakat dan berfungsi optimal. Salah satu kendala dalam mengobati skizofrenia optimal adalah keterlambatan penderita datang ke klinik pengobatan. Timbul pertanyaan, mungkinkah penyakit ini dideteksi sedini mungkin dan dicegah perkembangannya? Tahun 1988, Mednick dkk dalam penelitian epidemiologi melaporkan penemuan yang menarik, yaitu hubungan antara skizofrenia dengan infeksi virus dalam kandungan. Laporannya didasarkan atasepidemi virus influenza pada tahun 1957 di kota Helsinki.epidemi ini sangat spesial mengingat pertama, terjadinya dalam kurun waktu yang pendek, dimulai pada tanggal 8 oktober dan berakhir 5 minggu kemudian 14 November. Kedua, epidemi ini sangat menyebar. Hampir dua pertiga penduduk kota ini terkena infeksi dalam berbagai tingkatan. Kondisi ini memungkinkan dilakukannya evaluasi efek jangka panjang.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang leih tinggi untuk menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada waktu yang tertentu dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia.Mednick menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang menyebutkan bahwa pada penderita skizofrenia terjadi kelainan perkembangan neurokognitif sejak dalam kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif seperti berkurnagnya kemampuan dalam mempertahankan perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory, dan fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia.
Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan berat dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat yang mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan neurokognitif yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan gangguan emosi.
Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh jumlah penderita sakit jiwa di propinsi lain dan daerah istimewa Yogyakarta terus meningkat. Penderita tidak lagi didominasi masyarakat kelas bawah. Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas, juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif.
Kecenderungan itu tampak dari banyaknya pasien yang menjalani rawat inap maupun rawat jalan di RS Grhasia Yogyakarta dan RS Sardjito Yogyakarta. Pada dua rumah sait tersebut klien gangguan jiwa terus bertambah sejak tahun 2002 lalu. Pada tahun 2003 saja jumlahnya mencapai 7.000 orang, sedang pada 2004 naik menjadi 10.610 orang. Sebagian dari klien menjalani rawat jalan, dank lien yang menjalani rawat inap mencapai 678 orang pada 2003 dan meningkat menjadi 1.314 orang pada tahun 2004. yang menarik, klien gangguan jiwa sekarang tidak lagi didominasi kalangan bawah, tetapi kalangan mahasiswa, pegawai negeri sipil, pegawai swasta, dan kalangan professional juga ada diantaranya. Klien gangguan jiwa dari kalangan menengah ke atas, sebagian besar disebabkan tidak mampu mengelola stress dan ada juga kasus mereka yang mengalami post power syndrome akibat dipecat atau mutasi jabatan.
Kepala staf medik fungsional jiwa RS Sardjito Yogyakarta, Prof.Dr. Suwadi mengatakan, pada tahun 2003 jumlah klien gangguan jiwa yang dirawat inap sebanyak 371 pasien. Tahun 2004 jumlahnya meningkat menjadi 433 pasien. Jumlah itu, belum termasuk klien rawat jalan di poliklinik yang sehari-hari rata-rata 25 pasien. Demikian juga di propinsi Sumatera Selatan, gangguan kejiwaan dua tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan peningkatan. Beban hidup yang semakin berat, diperkirakan menjadi salah satu penyebab bertambahnya klien gangguan jiwa. Kepala Rumah Sakit Jiwa (RSJ) daerah Propinsi Sumatera Selatan mengungkapkan: setahun ini jumlah klien gangguan jiwa yang ditangani di RSJ mengalami peningkatan 10-15% dibandingan dengan tahun sebelumnya. Kecenderungannya, kasus-kasus psikotik tetap tinggi, disusul kasus neurosis yang cenderung meningkat, rekam medis di RSJ Sumsel mencatat, jumlah klien yang dirawat meningkat dari jumlah 4.101 orang (2003) menjadi 4.384 orang (2004). Dari keseluruhan jumlah klien yang dirawat selama 2004, sebanyak 1.872 pasien diantaranya dirawat inap di RSJ itu. Sebanyak 1.220 orang adalah sebagai pasien lama ang sebelumnya pernah dirawat. Kondisi lingkungan yang semakin keras, dapat menjadi penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan timgkat kemiskinan terlalu menekan.Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada orang kaya yang mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya akibat kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan merosotnya kinerja individu. Mereka yang sebelumnya rajin bekerja, rajin belajar menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat kecenderungan penyakit jiwa pada anak dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik dan nonfisik. Trauma nonfisik bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau masalah keluarga.Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.
Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa
Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO wilayah Asia Tenggara, hamper satu per tiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami gangguan neuropsikiatri. Buktinya, bisa kita cocokkan dan lihat sendiri dari data Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT); tahun 1995 saja, di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa.
Dalam hal ini, Azrul Azwar (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat DepKes) mengatakan, angka itu menunjukkan jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja samapai skizofrenia.Bukti lainnya, berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan kesehatan jiwa memang mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para penderita
kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya.
Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal. Namun, menurut Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa (psikiatri) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini. Pertama, gangguan fisik, biologis atau organic. Penyebabnya antara lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain), kecanduan obat dan alkohol dan lain-lain. Kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan. Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang patologis di antara anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial (perkawinan, problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di lingkungan hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik, dan lain-lain).
Kecenderungan situasi di era globalisasi
Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara negara-negara khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik. Perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan perdagangan bebas yang merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sector termasuk sektor kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.

Schultz dan Videback. (1998). Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition. Lippincott- Raven Publisher: philadelphia..

Stuart dan Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jwa. Edisi 3. EGC: Jakarta

Selasa, 15 Januari 2013

Polimiositis DAN Dermatomiositis


RIO PRANATA 
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN 
 Polimiositis DAN Dermatomiositis

A .Definisi
Polimiositis merupakan promezolenyakit jaringan ikat menahun yang ditandai dengan peradangan yang menimbulkan nyeri dan degenerasi dari otot-otot(kelemahan muskuloskeletal proksimal).Dermatomiositis adalah polimiositis yang disertai dengan peradangan pada kulit.Penyakit ini menyebabkan kelemahan dan kemunduran otot.Kelemahan otot terutama mengenai otot bahu dan panggul, tetapi bisa mengenai otot-otot yang simetris di seluruh tubuh.Polimiositis dan dermatomiositis biasanya terjadi pada dewasa (usia 40-60 tahun) atau pada anak-anak (usia 5-15 tahun).Wanita 2 kali lebih sering terkena.Pada dewasa, penyakit ini bisa terjadi sendiri atau merupakan bagian dari penyakit jaringan ikat lainnya, misalnya penyakit jaringan ikat campuran.
B .Keluhan utama
biasanya mengeluh lemah otot, nyeri sendi, sulit atau tidak dapat melakukan kegiatan pergerakan dan pada dermatomiositis ditemukan tanda eritema.

C .Riwayat Kesehatan

a.      Riwayat Penyakit Sekarang.
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa yang dilakukan untuk menanggulanginya.

b.      Riwayat Penyakit Dahulu.
pada pasien apakah pernah mengalami kelemahan otot, nyeri sendi sebelumnya dan  pasien.
c.       Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada keluarga pasien yang pernah menderita miositis, polimiositis
{deramatomiositis}.

D .Pemeriksaan Fisik
1.      Data subjektif.
ú  Kelemahan otot.
ú  yeri sendi.
ú    Nyeri otot.
ú  Masalah gastrointestinal {nafsu makan menurun}.

2.      Data objektif.
ú  Palpasi otot dan sendi apakah ada nyeri.
ú  Apakah mengalami kesukaran bernafas.
ú  Kontraktur dan atrofi otot.
ú  BB menurun.
ú  Observasi kemerahan pada siku, tangan, lutut, bahu, dada.
{dermatomiosistis}.

E .Manifestasi klinis
Virus atau reaksi autoimun diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini.
Kanker juga bisa memicu timbulnya penyakit ini, dimana reaksi autoimun terhadap kanker mungkin diarahkan untuk melawan bahan yang terkandung di dalam otot.
Sekitar 15% penderita laki-laki berusia diatas 50 tahun, juga menderita kanker.JALA
Gejalanya pada semua umur hampir sama, tetapi biasanya pada anak-anak gejalanya timbul secara lebih mendadak.
• Kelemahan otot : bertahap, progresif, bilateral, dan proksimal disertai nyeri pada daerah yang terkena; ditandai dengan kesulitan menaiki tangga dan bangun dari kursi. Peradangan otot skeletal dan otot polos saluran cerna disertai disfagia dan pengosongan lambung terlambat.
• Ruam eritomatosa kehitaman pada daerah yang terpajan sinar matahari, daerah berbentuk kupu-kupu pada wajah, leher, bahu, kehilangan pigmen.
• Ruam heliotrope (diskolorasi ungu) disekitar kelopak mata atas.
• Eritema subungal, telangiektasis kutikular, tanda Gottron (bercak bersisik) disekitar dorsum PIP, MCP, dan siku, tangan mekanik (pecahnya kulit pada distal ujung jari)
• Poliartralgia atau poliartritis, malaise
• Vaskulitis kulit, otot, traktus gastrointestinal dan mata, serta fenomena Raynaud
• Terkenanya viseral

            Paru : alveolitis akut, penyakit paru interstisialis kronis, dan kelemahan otot pernafasan
Jantung (33%) : miokarditis, perikarditis dan aritmia Gejalanya bisa dimulai selama atau sesudah suatu infeksi, yaitu berupa:
  • kelemahan otot (terutama otot lengan atas, panggul dan paha)
  • nyeri otot dan sendi
  • fenomena Raynaud
  • kemerahan (ruam kulit)
  • kesulitan menelan
  • demam
  • kelemahan dan
  • penurunan berat badan.
Kelemahan otot bisa dimulai secara perlahan atau secara tiba-tiba, dan bisa memburuk dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Karena yang paling sering terkena adalah otot-otot yang dekat dengan pusat badan, penderita akan mengalami kesulitan dalam mengangkat lengannya melampaui bahu, menaiki tangga dan bangun dari posisi duduk di kursi. Jika menyerang otot leher, penderita akan mengalami kesulitan pada saat mengangkat kepalanya dari bantal. Kelemahan pada bahu atau panggul menyebabkan penderita harus duduk di kursi dorong atau di tempat tidur.
Kerusakan otot pada bagian atas kerongkongan bisa menyebabkan kesulitan menelan dan regurgitasi makanan.Kerusakan otot tidak terjadi pada otot-otot tangan, kaki dan wajah.
Pada 1/3 kasus terjadi pembengkakan dan nyeri sendi, tetapi cenderung ringan.Fenomena Raynaud lebih sering terjadi pada penderita polimiositis yang disertai penyakit jaringan ikat lainnya.


Polimiositis biasanya tidak mengenai organ-organ dalam selain tenggorokan dan kerongkongan.Tetapi paru-paru bisa terkena, menyebabkan sesak nafas dan batuk.Perdarahan pada ulkus di lambung atau usus, bisa menyebabkan tinja berdarah atau tinja kehitaman, yang lebih sering terjadi pada anak-anak.
Pada dermatomiositis,kemerahan cenderung timbul bersamaan dengan melemahnya otot dan gejala lainnya. Pada wajah bisa timbul bayangan kemerahan (ruam heliotrop).Yang khas adalah pembengkakan ungu-kemerahan di sekeliling mata.Kemerahan lainnya, apakah bersisik, licin atau menonjol, bisa timbul di hampir seluruh bagian tubuh, tetapi yang paling sering muncul di buku-buku jari.Bantalan kuku jari tampak kemerahan.Pada saat kemerahan ini memudar, timbul bercak kecoklatan, jaringan parut, pengkerutan atau bercak pucat di kulit.
DAFTAR PUSTAKA 
 
Elizabeth J. Corwin. Saku Patofisiologi 2008. EGC.JAKARTA
Mark H. Swartz. Ajar Diagnostik Fisik.1995 ECG.JAKARTA  

Sabtu, 05 Januari 2013

Konsep Diri













Menurut William D. Brooks yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat (2003: 99), “Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita, persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial, dan fisis”. Dan menurut Anita Taylor et al yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat (2003: 100), “Konsep diri adalah penilaian tentang diri kita yang meliputi apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan oleh diri kita”. Konsep diri dapat didefinisikan secara umum “Sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya”.


Konsep diri(self)adalah merupakan bagiyan dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak didapat sejak lahir,akan tetapi dapat dipelajari sebagi hasil dari penglaman seseorang terhadap dirinya.Istilah konsep mencakup konsep,keyakinan,dan pendirian yang ada dalam pengetahuan sesorang  tenteng dirinya sendiri dan mengetahui hubungan individu tersebut dengan orang lain.Konsep diri tidak ada saat lahir tetapi berkembang secara perlahan – lahan sebagai hasil pengalaman unik dengan diri sendiri dengan orang yang berarti dandengan sesuatu yang nyata di ingkungan.bagai manapun konsepvdiri bisa atau tidak bisa merefleksikan realita.

a.   Konsep Diri Positif

   Konsep diri positif menurut James F. Calhoun (1995:72-74): yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar akan keinginan dan perilaku tidak selalu disetujui oleh orang lain, mampu memperbaiki diri.
   Konsep diri positif lebih kepada penerimaan diri, bukan sebagi suatu kebanggaan yang besar tentang diri. Konsep diri positif  bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul tentang dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya, sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain. Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai serta mampu menghadapi kehidupan didepannya dan menganggap hidup adalah suatu proses penemuan.

b.konsep diri negatif 

 Konsep diri negatif menurut James F. Calhoun (1995:72-74)  : peka pada kritik, responsif 

sekali pada pujian, hiperkritis, cenderung merasa tidak disenangi orang lain, bersikap pesimitis

 pada kompetensi.

Daftar pustaka 
 Alimul, H. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses       keperawatan.  Jakarta : Salemba Medika.

Munandar, Utami.  2004.  Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.  Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

 Tarwoto & Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan, edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.











































     
   

Faktor-faktor yang mempengaruhi Hemoglobin


Menurut Costill (1998:48), Haemoglobin adalah zat yang terdapat dalam butir darah merah. Haemoglobin sebenarnya adalah merupakan protein globuler yang di bentuk dari 4 sub unit, dan setiap sub unit mengandung hame. Haemoglobin adalah suatu protein yang membawa oksigen dan yang memberi warna merah pada sel darah merah (Barger, 1982:171).

Faktor-faktor yang mempengaruhi afinitas Hemoglobin (Hb) terhadap O2

a. keasaman atau pH
Keasaman bertambah atau pH semakin turun dan kadar ion H+ meningkat akan melemahkan ikatan antara oksigen dan hemoglobin sehingga kurva disosiasi oksigen-hemoglobin bergerak ke kanan (Afinitas Hb terhadap O2 berkurang ) sehingga menyebabkan hemoglobin melepaskan lebih banyak oksigen ke jaringan. Misal peningkatan asam laktat dan asam karbonat yang dihasilkan oleh jaringan yang aktif secara metabolic. Keasaman turun atau PH naik afinitas Hb terhadap O2 bertambah sehingga kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergerak ke kiri (afinitas Hb tehadap O2 Bertambah) dan hemoglobin banyak mengikat O2. Hb bekerja sbg buffer utk ion H+ .
b. PO2 atau tekanan parsial O2
Apabila PO2 darah meningkat , misalnya seperti di kapiler paru, Hb berikatan dg sejml besar O2 mendekati 100% jenuh, PO2 60-100 mmHg : Hb >/90% jenuh (afinitas Hb terhadap O2 bertambah) dan kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergerak ke kiri.
Dan apabila PO2 menurun, misal di kapiler sistemik PO2 antara 40 & 20 mmHg (75-35% jenuh) : sejml besar O2 dilepas dr Hb setiap penurunan PO2 , afinitas Hb terhadap O2 berkurang dan kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kanan.
c. PCO2 atau tekanan parsial CO2
PCO2 darah meningkat di kapiler sistemik sehingga CO2 berdifusi dari sel ke darah mengikuti penurunan gradiennya menyebabkan penurunan afinitas Hb terhadap O2 (Hb lebih banyak membebaskan O2) kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kanan.
PCO2 darah menurun di kapiler paru sehingga CO2 berdifusi dari darah ke alveoli menyebabkan peningkatan afinitas Hb terhadap O2 ( Hb lebih banyak mengikat O2) kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kiri.
d. Temperatur atau suhu
Panas yang dihasil reaksi metabolism dari kontraksi otot melepaskan banyak asam & panas menyebabkan temperatur tubuh naik dan sel aktiv perlu banyak O2 memacu pelepasan O2 dr oksiHb (afinitas Hb tehadap O2 berkurang) kurva bergeser ke kanan.
Hipotermia menyebabkan metabolisme sel lambat sehingga O2 yang dibutuhkan jaringan sedikit pelepasan O2 dari Hb juga lambat (afinitas Hb terhadap O2 berkurang) dan kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kiri.
e. BPG
Peningkatan BPG yang dihasikan dari suatu metabolit glikolisis dan terdapat dalam darah sehingga Hb berikatan dg BPG dapat mengurangi afinitas Hb thd O2 dan kurva bergeser ke kanan. Hormon tiroksin, GH, epinefrin, norepi & testosteron dapat meningkatkan pembentukan BPG dan kadar BPG meningkat pada orang yg tinggal di dataran tinggi.
Penurunan BPG di darah menyebabkan ikatan Hb terhadap O2 semakin kuat karena Hb tidak diikat oleh BPG afinitas Hb terhadap O2 bertambah, kurva disosiasi oksigen hemoglobin bergeser ke kiri.
 
 

Pengobatan hemoglobin rendah

untuk memastikan anda bisa pergi kedokter untuk kepastian dan jalan keluar yang terbaik. Namun jika anda sudah tau kekurangan hemoglobin (hemoglobin rendah) atau terkena anemia, dan ingin mengkonsumsi makanan dan sayuran penambah zat besi yang akan meningkatkan hemoglobin. Anda bisa mengkonsumsi kacang polong, aprikot, daging, udang, tiram, sereal, kacang polong dan juga kismis.
Namun ini tidaklah instan meningkatkan zat besi di dalam tubuh anda dan zat besi dengan cepat meningkatkan hemoglobin. Tetaplah butuh proses, sebaiknya anda harus rajin mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi yang tinggi

Sumber ; Buku,Biokimi hepar (2008) 
        Buku, Asmadi,2008.Teknik Prosedur Konsep dan Apliksi Kebutuhan Dasar Klien.Salemba Medika.Jakarta              


             

Cara Pencegahan Penyakit Hipogonadisme | Cara Mengobati | Mengatasi | Pencegahan | Obat Herbal | Penyakit

Cara Pencegahan Penyakit Hipogonadisme | Cara Mengobati | Mengatasi | Pencegahan | Obat Herbal | Penyakit