A. RENTANG RESPON KONSEP DIRI
1.
Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep
diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat
diterima
2.
Konsep diri positif apabila individu mempunyai
pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal –hal
positif maupun yang negative dari dirinya
3.
Harga diri rendah: individu cenderung untuk menilai
dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang lain
4.
Identitas kacau: kegagalan individu
mengintegrasikan aspek – aspek identitas masa kanak – kanak ke dalam kematangan
aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis
5. Depersonalisasi: perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.
B. KOMPONEN KONSEP DIRI
Komponen Konsep diri terdiri dari :
1. Identitas: Identitas mencakup rasa internal
tentang individual, keutuhan dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan
dalam berbagai situasi. Karenanya konsep tentang identitas mencangkup kontansi
dan kontinuitas. Identitas menunjukan menjadi lain dan terpilih dari orang
lain, namun menjadi diri yang utuh dan unik. Anak belajar tentang nilai,
perilaku dan peran yang diterima sesuai kultur. Anak mengidentifikasi pertama
kali dengan orang tua, kemudian dengan guru, teman seusia dan pahlawan pujaan.
Untuk membentuk identitas, anak harus mampu untuk membawa semua perilaku yang
dipelajari ke dalam keutuhan yang kohoren, konsisten dan unik.Rasa identitas ini secara kontinu timbul dan dipengaruhi oleh situasi sepanjang
hidup.
2. Citra tubuh: Membentuk persepsi seorang tentang
tubuh, baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan
dan sikap yang ditunjukkan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan
pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari
pandangan orang lain. Citra tubuh di pengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan
perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan
penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan
aspek lainnya dari konsep diri.5
Citra tubuh anak usia sekolah berbeda dengan citra tubuh seorang bayi. Salah
satu perbedaan yang menyolok adalah kemampuan untuk berjalan. Perubahan ini
bergantung pada kematangan fisik. Perubahan hormonal terjadi selama masa remaja
dan pada tahun akhir kehidupan juga mempengaruhi citra tubuh (mis. Menopause
selama masa dewasa dengan penuaan mencakup penurunan ketajaman penglihatan,
pendengaran, dan mobilitas, perubahan ini dapat mempengaruhi citra tubuh).
3. Ideal Diri: Adalah persepsi individu tentang
bagaimana ia seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar
dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau disukainya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri, akan mewujudkan
cita-cita atau penghargaan diri berdasarkan norma-norma sosial dimasyarakat
tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri. Pembentukan ideal diri dimulai
pada masa kanak-kanak dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang
memberikan harapan atau tuntutan tertentu.Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut
dan akan membentuk dasar dari ideal diri. Pada usaia remaja ideal diri akan
terbentuk melalui identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang
lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik
dan perubahan peran serta tanggung jawab.
4. Harga Diri: Harga diri adalah penilaian
pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisi seberapa banyak
kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari sendiri
dan orang lain yaitu dicintai, dihormati dan dihargai.Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan,
sebaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah bila sering mengalami
kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima di lingkungan. Harga diri
dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian. Harga diri akan
meningkat sesuai meningkatnya usia. Untuk meningkatkan harga diri anak diberi
kesempatan untuk sukses, tanamkan “ideal” atau harapan jangan terlalu tinggi
dan sesuaikan dengan budaya, berikan dorongan untuk aspirasi atau cita-citanya
dan bantu membentuk pertahanan diri untuk hal-hal yang menggangu persepsinya.
Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas, karena pada saat ini harga diri
mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang harus dibuat menyangkut diri
sendiri. Remaja dituntut untuk menentukan pilihan, posisi peran dan memutuskan
apakah ia mampu meraih sukses dari suatu bidang tertentu, apakah ia dapat
berpartisipasi atau diterima di berbagai macam aktivitas sosial.
5. Peran: Peran adalah serangkaian pola
sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan
dengan fungsi individu di dalam kelompok sosialnya.Peran memberikan sarana untuk berperan serta dalam kehidupan sosial dan
merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang
berarti. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan dengan
posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupan. Harga diri yang tinggi
merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
Faktor Predisposisi
1.
Faktor yang mempengaruhi harga diri.
Harga
diri adalah sifat yang diwariskan secara genetik. Pengaruh lingkungan sangat
penting dalam pengembangan harga diri. Faktor-faktor predisposisi dari
pengalaman masa anak-anak merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau
masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap perlakuan dan respon orang tua.
Penolakan orang tua menyebabkan anak memilki ketidakpastian tentang dirinya dan
hubungan dengan manusia lain. Anak merasa tidak dicintai dan menjadi gagal
mencintai dirinya dan orang lain.
Saat
ia tumbuh lebih dewasa, anak tidak didorong untuk menjadi mandiri, berpikir
untuk dirinya sendiri, dan bertanggung
jawab atas kebutuhan sendiri. Kontrol berlebihan dan rasa memiliki yang
berlebihan yang dilakukan oleh orang tua dapat menciptakan rasa tidak penting
dan kurangnya harga diri pada anak. Orangtua membuat anak-anak menjadi tidak
masuk akal, mengkritik keras, dan hukuman.
Tindakan
orang tua yang berlebihan tersebut dapat menyebabkan frustasi awal, kalah, dan
rasa yang merusak dari ketidak mampuan dan rendah diri. Faktor lain dalam
menciptakan perasaan seperti itu mungkin putus asa, rendah diri, atau peniruan
yang sangat jelas terlihat dari saudara atau orangtua. Kegagalan dapat
menghancurkan harga diri, dalam hal ini dia gagal dalam dirinya sendiri, tidak
menghasilkan rasa tidak berdaya, kegagalan yang mendalam sebagai bukti pribadi
yang tidak kompeten.
Ideal
diri tidak realistik merupakan salah satu penyebab rendahnya harga
diri.Individu yang tidak mengerti maksud dan tujuan dalam hidup gagal untuk
menerima tanggung jawab diri sendiri dan gagal untuk mengembangkan potensi yang
dimilki. Dia menolak dirinya bebas berekspresi, termasuk kebenaran untuk
kesalahan dan kegagalan, menjadi tidak sabaran, keras, dan menuntut diri. Dia
mengatur standar yang tidak dapat ditemukan. Kesadaran dan pengamatan diri
berpaling kepada penghinaan diri dan kekalahan diri. Hasil ini lebih lanjut
dalam hilangnya kepercayaan diri.
2. Faktor
yang mempengaruhi penampilan peran
Peran
yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh
masyarakat, misalnya wanita dianggap
kurang mampu, kurang mandiri , kurang objektif, dan kurang rasional
dibandingkan pria. Pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang
ekpresif dibanding wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau
pria berperan tidak seperti lazimnya maka akan menimbulkan konflik didalam diri
mapun hubungan sosial. Misalnya wanita yang secara tradisional harus tinggal
dirumah saja, jika ia mulai keluar rumah untuk mulai sekolah atau bekerja akan
menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran yang tidak sesuai muncul dari
faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria.
3. Faktor
yang mempengaruhi identitas diri
Intervensi
orangtua terus-menerus dapat mengganggu pilihan remaja. Orang tua yang selalu
curiga pada anak menyebakan kurang percaya diri pada anak. Anak akan ragu
apakah yang dia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan keinginan orang tua maka
timbul rasa bersalah. Ini juga dapat merendahkan pendapat anak dan mengarah
pada keraguan, impulsif, dan bertindak keluar dalam upaya untuk mencapai
beberapa identitas. Teman sebayanya merupkan faktor lain yang mempengaruhi
identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, diingikan, dan dimilki oleh
kelompoknya.
Faktor Presipitasi
1
Trauma
Masalah
khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap situasi dimana individu
tidak mampu menyesuaikan. Situasi dapat mempengaruhi konsep diri dan
komponennya. Situasi dan stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri dan
hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan
struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, dan prosedur tindakan dan
pengobatan.
2
Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah stres yang
berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran.
a.
Transisi perkembangan
Transisi
perkembangan adalah perubahan normatif berhubungan dengan pertumbuhan. Setiap
perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap tahap
perkembangan harus dilakukan inidividu dengan menyelesaikan tugas perkembangan
yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri.
b. Transisi
situasi
Transisi
situasi terjadi sepanjang daur kehidupan.
Transisi situasi merupakan bertambah atau berkurangnya orang yang
penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang
berarti, misalnya status sendiri menjadi
berdua atau menjadi orang tua.
c.
Transisi sehat sakit
Transisi
sehat sakit berkembang berubah dari tahap sehat ke tahap sakit. Beberapa
stressor pada tubuh dapat menyebabakan gangguan gambaran diri dan berakibat
perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep
diri yaitu gambaran diri, peran ,dan harga diri. Masalah konsep diri dapat
dicetuskan oleh faktor psikologis, sossiologis, atau fisiologis, namun yang
lebih penting adalah persepsi klien terhadap ancaman perilaku.
R Rentang Respon konsep Diri
Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat di ketahui
melalui rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Konsep diri itu
sendiri terdiri dari beberapa bagian, yaitu : gambaran diri (body Image), ideal
diri, harga diri, peran dan identitas.
Dari rentang respon adatif sampai respon maladatif, terdapat
lima rentang respons konsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif,
harga diri rendah, kekacauan identitas, dan depersonalisasi. Menurut Stuart dan
Sundeen Penilaian tentang konsep diri dapat di lihat berdasarkan rentang
rentang respon konsep diri yaitu:
1. Aktualisasi Diri
Seorang ahli, Abraham Maslow mengartikan aktualisasi diri
sebagai individu yang telah mencapai seluruh kebutuhan hirarki dan
mengembangkan potensinya secara keseluruhan. Aktualisasi diri merupakan
pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan melatar belakangi pengalaman
nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan citra tubuh yang positif dan
sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri yang positif, harga diri tinggi,
penampilan peran yang memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam dan rasa
identitas yang jelas.
2. Konsep diri positif
Merupakan individu yang mempunyai pengalaman positif dalam
beraktivitas diri. Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat
mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar belakang
penerimaannya sukses, konsep diri yang positif berasal dari pengalaman yang
positif yang mengarah pada kemempuan pemahaman.Tanda-tanda individu yang
memiliki konsep
diri yang positif adalah :
ü Yakin
akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan
yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan
percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
ü Merasa
setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela
atau meremehkan siapapun, selalu menghargai orang lain.
ü Menerima
pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa
menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak
membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
ü Menyadari
bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku
yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan
orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak
disetujui oleh masyarakat.
ü Mampu
memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak
disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya
sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya
menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.
3. Konsep diri negatif
Hal ini ditandai dengan masalah sosial dan ketidakmampuan
untuk melakukan dengan penyesuaian diri (maladjustment). Harga diri adalah
penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh
prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian
tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi.
Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Harga diri bergantung pada kasih
sayang dan penerimaan. Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja
dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan fisik
mengakibatkan harga diri rendah.
4. Harga diri rendah
Merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan
ideal diri. Harga diri rendah adalah transisi antara respon konsep diri yang
adatif dengan konsep diri yang maladatif. Tanda dan gejala yang ditunjukkan
sperti perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat tindakan penyakit, rasa
bersalah terhadap diri sendiri, dan merendahkan martabat. Tanda dan gejala yang
lain dari harga diri rendah diantaranya rasa bersalah pada diri sendiri,
mengkritik diri sendiri/orang lain, menarik diri dari realitas, pandangan diri
yang pesimis, perasaan tidak mampu, perasaan negative pada dirinya sendiri,
percaya diri kurang, mudah tersinggung dan marah berlebihan.
5. Kekacauan identitas
Merupakan kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek.
Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan, dan
konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi.
Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang intim karena identitas
seseorang diekspresikan dalam berhubungan dengan orang lain. Seksualitas juga
merupakan salah satu identitas. Rasa identitas ini secara kontinu timbul dan
dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup. Kekacauan identitas dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor yang dapat dikenal dengan stressor identitas. Biasanya
pada masa remaja, identitas banyak mengalami perubahan, yang meyebabkan
ketidakamanan dan ansietas. Remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan fisik, emosional, dan mental akibat peningkatan kematangan. Stressor
identitas diantaranya kehilangan pekerjaan, perkosaan, perceraian, kelalaian,
konflik dengan orang lain, dan masih banyak lagi. Identitas masa kanak-kanak
dalam kematangan aspek psikososial, merupakan ciri-ciri masa dewasa yang
harmonis.
6. Depersonalisasi
Merupakan perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap
diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain. Tanda dan gejala yang ditunjukkan yaitu
dengan tidak adanya rasa percaya diri, ketergantungan, sukar membuat keputusan,
masalah daalam hubungan interpersonal, ragu dan proyeksi. Jika seseorang
memiliki perilaku dengan depersonalisasi, berarti orang tersebut telah
mengalami gangguan dalam konsep dirinya. Orang dengan gangguan depersonalisasi
mengalami persepsi yang menyimpang pada identitas, tubuh, dan hidup mereka yang
membuat mereka tidan nyaman, gejala-gejala kemungkinan sementara atau lama atau
berulang untuk beberapa tahun. orang dengan gangguan tersebut seringkali
mempunyai kesulitan yang sangat besar untuk menggambarkan gejala-gejala mereka
dan bisa merasa takut atau yakin bahwa mereka akan gila. Gangguan
depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan. Pengobatan dijamin hanya
jika gangguan tersebut lama, berulang, atau menyebabkan gangguan. Psikoterapi
psikodinamis, terapi perilaku, dan hipnotis telah efektif untuk beberapa orang.
Obat-obat penenang dan antidepresan membantu seseorang dengan gangguan
tersebut.
Daftra Pustaka
Nursalam.
2008. Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian Dan Ilmu Keperawatan.edisi
2. Jakarta : Salemba.
Stuart, G.W., dan Sundeen, S.J.2006. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC .
Sunaryo.2004. Psikologi,Cetaka
1. Jakarta : EGC.
Supartini,Y.2004.Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Surya,H.2007.Percaya Diri Itu Penting. Jakarta : PT
Elex Media Komputindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar